Apa yang paling menakutkan dari jatuh cinta?
Aku hanya takut rasa itu terlalu dalam dan aku mulai tidak menghargai kehadiranmu.
Diawal jatuh cinta, semua terasa luar biasa. Apapun akan kau lakukan demi membuatnya bahagia, padahal kaupun tak pernah berpikir akan melakukan sebelumnya.
Jatuh cinta membuatmu merasa bahwa dia adalah sumber kebahagiaan. Tanpanya, duniamu seperti matahari yang tertutup awan, kelabu.
Semakin dalam perasaan, semakin tinggi pula ekspektasi yang kita targetkan untuknya.
Dulu, sebelum rasa itu ada semuanya bisa dilakukan sendiri. Makan sendiri, belanja sendiri, bahkan nonton ke bioskop sendiri.
Aku yang biasa pergi ke toko buku berjam-jam sendiri, akhirnya tak pernah ku lakukan lagi.
Kaupun sama. Dulu yang masih bisa hangout bersama teman-temanmu tanpa ada yang merengek minta ditemani, kini sudah tak bisa kau lakukan sebebas dulu.
Bukannya mengekang. Jatuh cinta hanya membuat kita merasa "jangan membuatnya tak nyaman" meskipun, kita harus rela mengesampingkan apa yang sudah kita miliki, apa yang biasa kita lakukan, dan bahkan teman-teman dihidup kita.
Menurutku, tidak ada yang salah untuk itu. Semua orang punya porsi jatuhcinta nya yang berbeda-beda. Mereka punya cara sendiri untuk menunjukkan kecintaan mereka. Bukankah Tuhan sangat adil?
Namun, kadang aku merasa takut.
Disaat aku begitu mencintai, nyatanya kau justru ingin menyudahi. Terutama jika hal-hal kecil yang biasa kita lakukan, sekarang jadi terlupakan.
Yang aku ragukan, jarak nyatanya membuat perasaanmu terkikis, perjuangan yg selama ini kita lakukan bersama, jadi bukan apa-apa.
Mungkin ini fase dimana saatnya kamu yang mulai bosan dengan kebiasaan kita, dan aku yang masih terlalu menggebu-gebu dalam menjalaninya.
Namun, yang paling aku takutkan, disaat seperti ini ada orang ketiga yang hadir diantara hubungan kita. Takut bila ada waktu dimana kamu menghianatiku, dan membagi perasaanmu. Lalu aku masih tetap mencintaimu, padahal kau sudah tidak merasakannya lagi.
Cemburu?
Katakan saja iya. Bahkan dengan orang-orang terdekatmu saja aku bisa merasa cemburu. Kau yang memiliki waktu lebih banyak dengan mereka, tapi selalu merasa kurang. Waktu yang sedikit bersamaku, terasa begitu cukup.
Kini kau tidak pernah lagi berucap setiap kali kita berada diujung pertemuan, kau dulu sering bekata bahwa waktu kita kurang, kau tidak ingin berpisah denganku, dan.. Dan pada akhirnya membuatku menjadi terbiasa menerima perasaan begitu.
Terlalu banyak hal-hal yang berubah. Aku terlalu sering merengek meminta waktumu, padahal aku tahu, kau tidak ingin bertemu, kau hanya ingin dengan yang lain, bukan aku. Maafkan aku karena selalu merasa merindukan, dan ini menjadi beban.
Entahlah, aku takut. Takut kalau setiap pertengkaran kita adalah akhir dari hubungan kita. Takut kalau ternyata bukan kamu yang menjadi jodohku, seperti yang selalu aku yakini dari dulu.
Mungkin aku terlalu mengekang rasa. Aku terlalu membatasi hidupmu.
Tapi apakah hanya aku? Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu berusaha mengubah aku menjadi sosok yang kamu mau. Lalu aku menuruti semuanya tanpa protes, karena aku tahu apapun yang terbaik, adalah datang dari ucapanmu.
Lama-lama aku paham, bahwa suatu hari aku harus siap dengan perpisahan. Karena egoku, atau karena memang kita tidak bisa menyatu atau berdampingan.
Yang aku tahu, yang selalu aku pikirkan adalah bagaimana cara membuatmu senang, meski banyak hal-hal yang ku korbankan, dan kau tak pernah tahu itu.
20.30
Menulislah karena kamu suka membaca. Membacalah karya orang lain sebelum orang lain membaca karyamu.
Senin, 10 Desember 2018
Senin, 26 November 2018
Yang Ingin Ku Tulis
Kita telah tumbuh dan dewasa dengan keringat mereka.
Aku mengerti.
Jasa Orang tua tidak akan pernah bisa dibalas dengan apapun, uang sebanyak apapun, makanan seenak apapun atau barang-barang sebagus apapun. Yang mereka ingin hanyalah waktu kita, sama seperti mereka meluangkan waktunya untuk membesarkan kita dengan kasih sayangnya yang tiada batas.
Semakin dewasa aku mengerti, semua orang tua punya ketakutannya sendiri.
Ya, dalam lubuk hatinya, mereka takut kalau sayang kita kepada mereka akan terbagi dngan sosok orang lain. Mereka takut kalau cinta kita akan luntur dan digantikan oleh orang itu.
Padahal, semua adalah proses, semua alami sebagaimana mereka sama-sama bertemu dan lahirlah kita.
Kadang, orang tua menganggap kita menjauhinya, padahal masih serumah, setiap bangun dan akan tidur, sama-sama. Pasangan hanya kebagian seperempat dari waktu kita berkumpul. Tenanglah, orang tua dan anak akan tetap menjadi keluarga, entah seperti apapun kehidupan mereka kelak.
suatu saat nanti, kitapun akan melalui masa-masa seperti mereka. Masa dimana kita belum siap menerima kenyataan bahwa waktu kita bersama anak akan terbagi karena mereka menemukan orang lain yang diberi porsi untuk ditemani.
Kalau kamu merasa orang tuamu begitu, jelaskanlah.. Bahwa kita tidak meninggalkannya, bahwa kita masih bersamanya, bahwa kita akan memberikannya tambahan keluarga, menantu yang rela meninggalkan rumah dan orang tuanya atau lelaki yang bertanggungjawab atas hidupmu nantinyanantinya, pun cucu sebagai penerus keluarga kalian.
Kalau belum bisa, berarti mereka hanya belum siap menerima anggota keluarga baru.
Untuk yang ingin ku tulis,
20.01 WITA
Aku mengerti.
Jasa Orang tua tidak akan pernah bisa dibalas dengan apapun, uang sebanyak apapun, makanan seenak apapun atau barang-barang sebagus apapun. Yang mereka ingin hanyalah waktu kita, sama seperti mereka meluangkan waktunya untuk membesarkan kita dengan kasih sayangnya yang tiada batas.
Semakin dewasa aku mengerti, semua orang tua punya ketakutannya sendiri.
Ya, dalam lubuk hatinya, mereka takut kalau sayang kita kepada mereka akan terbagi dngan sosok orang lain. Mereka takut kalau cinta kita akan luntur dan digantikan oleh orang itu.
Padahal, semua adalah proses, semua alami sebagaimana mereka sama-sama bertemu dan lahirlah kita.
Kadang, orang tua menganggap kita menjauhinya, padahal masih serumah, setiap bangun dan akan tidur, sama-sama. Pasangan hanya kebagian seperempat dari waktu kita berkumpul. Tenanglah, orang tua dan anak akan tetap menjadi keluarga, entah seperti apapun kehidupan mereka kelak.
suatu saat nanti, kitapun akan melalui masa-masa seperti mereka. Masa dimana kita belum siap menerima kenyataan bahwa waktu kita bersama anak akan terbagi karena mereka menemukan orang lain yang diberi porsi untuk ditemani.
Kalau kamu merasa orang tuamu begitu, jelaskanlah.. Bahwa kita tidak meninggalkannya, bahwa kita masih bersamanya, bahwa kita akan memberikannya tambahan keluarga, menantu yang rela meninggalkan rumah dan orang tuanya atau lelaki yang bertanggungjawab atas hidupmu nantinyanantinya, pun cucu sebagai penerus keluarga kalian.
Kalau belum bisa, berarti mereka hanya belum siap menerima anggota keluarga baru.
Untuk yang ingin ku tulis,
20.01 WITA
Minggu, 25 November 2018
Kamu
Untuk kekasihku,
Hi!
Kamu pasti sudah menunggu tulisan ini beberapa lama. Hahah maaf aku baru bisa menulisnya sekarang.
Baby, pertama aku ingin mengucapkan terima kasih, untuk semua hal yang telah terjadi diantara kita. Semua tawa yang berhasil kamu buat saat kita bersama maupun saat kita berjauhan, pun setiap air mata yang jatuh, dan ternyata membuatku semakin mencintaimu.
Aku tahu kamu tidak sempurna, begitupun aku. Kita sama-sama punya kekurangan, sama-sama keras kepala, sama-sama ingin didengar dan tidak suka dilawan. Itu kenapa aku semakin mencintaimu, karena aku merasa memiliki teman dalam setiap hal yang ingin ku lakukan. Sekali lagi, terimakasih karena tidak meninggalkanku begitu tahu sifat asliku.
Ternyata cukup menjadi diriku sendiri bukan, untuk selalu dicintai olehmu?
Seringkali aku merasa iri melihat pasangan lain, mereka terihat begitu mesra di sosmed, pasangan mereka begitu romantis, sehingga aku kadang ingin kamu seperti itu. Namun akhirnya aku tahu, kamu memiliki cara sendiri untuk mencintaiku. Cara yang tidak pernah terpikirkan akan kamu lakukan. Bukan hanya menjadi sosok yang aku inginkan, namun lebih dari itu, kamu adalah sosok yang aku butuhkan!
Bli, terimakasih sekali lagi karena ada banyak warna yang datang kedalam hubungan kita. Terimakasih telah menjadi banyak figur selama ini. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, kakak, rival, teman berantem, ayah, dan pacar! Kamu luar biasa ❤
Selain itu, maaf untuk segala pertengkaran yang pernah terjadi diantara kita. Sikap kekanak-kanakanku yang selalu aku tunjukkan, pun kelemahanku yang seringkali menyusahkanmu. Maaf untuk ketidaksempurnaanku yang membuatmu merasa menyesal memilikiku.
Sayang..
Tidak banyak hal yang bisa kutuliskan. Kamu tahu bagaimana cintaku tumbuh, terus tumbuh dan tak pernah layu meski hubungan kita tetap berjalan dan kadang membosankan. Percayalah, semua yang berjalan jauh pasti akan kembali kerumahnya, dan aku percaya kamupun begitu.
Dari gadis yang katamu cantik,
Irma Arnika
Hi!
Kamu pasti sudah menunggu tulisan ini beberapa lama. Hahah maaf aku baru bisa menulisnya sekarang.
Baby, pertama aku ingin mengucapkan terima kasih, untuk semua hal yang telah terjadi diantara kita. Semua tawa yang berhasil kamu buat saat kita bersama maupun saat kita berjauhan, pun setiap air mata yang jatuh, dan ternyata membuatku semakin mencintaimu.
Aku tahu kamu tidak sempurna, begitupun aku. Kita sama-sama punya kekurangan, sama-sama keras kepala, sama-sama ingin didengar dan tidak suka dilawan. Itu kenapa aku semakin mencintaimu, karena aku merasa memiliki teman dalam setiap hal yang ingin ku lakukan. Sekali lagi, terimakasih karena tidak meninggalkanku begitu tahu sifat asliku.
Ternyata cukup menjadi diriku sendiri bukan, untuk selalu dicintai olehmu?
Seringkali aku merasa iri melihat pasangan lain, mereka terihat begitu mesra di sosmed, pasangan mereka begitu romantis, sehingga aku kadang ingin kamu seperti itu. Namun akhirnya aku tahu, kamu memiliki cara sendiri untuk mencintaiku. Cara yang tidak pernah terpikirkan akan kamu lakukan. Bukan hanya menjadi sosok yang aku inginkan, namun lebih dari itu, kamu adalah sosok yang aku butuhkan!
Bli, terimakasih sekali lagi karena ada banyak warna yang datang kedalam hubungan kita. Terimakasih telah menjadi banyak figur selama ini. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, kakak, rival, teman berantem, ayah, dan pacar! Kamu luar biasa ❤
Selain itu, maaf untuk segala pertengkaran yang pernah terjadi diantara kita. Sikap kekanak-kanakanku yang selalu aku tunjukkan, pun kelemahanku yang seringkali menyusahkanmu. Maaf untuk ketidaksempurnaanku yang membuatmu merasa menyesal memilikiku.
Sayang..
Tidak banyak hal yang bisa kutuliskan. Kamu tahu bagaimana cintaku tumbuh, terus tumbuh dan tak pernah layu meski hubungan kita tetap berjalan dan kadang membosankan. Percayalah, semua yang berjalan jauh pasti akan kembali kerumahnya, dan aku percaya kamupun begitu.
Dari gadis yang katamu cantik,
Irma Arnika
Rabu, 06 Juni 2018
relationSHIT
06/06/18
5 hari menuju tanggal 11 yang ke 14.
Sudah berhari-hari kita lewati banyak waktu yang berat.
Banyak menit yang hadir, meski kadang tak kita hargai
Banyak detik yang berlalu, entah berarti atau tidak.
Aku tahu, kisah ini tidak mungkin sama seperti hari-hari yang telah berlalu,
Atau kembali disaat-saat tanggal 11 yang pertama.
Semua telah berbeda meski berulangkali ku kemas menjadi manis, sebenarnya untuk menutupi perasaan raguku.
Aku tidak pernah meminta apapun, dan kamu tidak pernah berjanji apapun.
Kita hanyalah sepasang manusia yang berjanji untuk bersama dalam keadaan apapun, tanpa ikatan apapun.
Hanya kalimat manis, rencana-rencanaindah yang selalu kita ulang sebagai tanda bahwa kita memiliki komitmen.
Terlalu naif?
Atau aku yang memang terlalu berharap.
Ya, sejak awal kamupun tahu. Begitu juga yang tertulis nyata dalam banyak catatanku. Rasa ini ada bahkan sebelum kamu tahu apa itu komitmen.
Hingga akhirnya aku yang peka ketika keadaan mulai berubah, saat kamu tidak sadar ada yang salah dalam jalannya hubungan.
Tidakkah terlalu mencolok?
Saat aku meminta oh bahkan memohon waktumu untuk mendengarkan ceritaku. Kau iya-kan lalu kamu sudahi dengan banyak alasan. Bahkan saat aku menelan sisa isak tangis, kamu hanya diam seolah tak tertarik untuk menghiburku.
Bukankah diawal kamu selalu bergairah mendengar semua ocehanku?
Mungkin ini tanda-tanda bosan.
Kamu sudah bosan melihat air mataku, sudah bosan mendengar suaraku, sudah bosan menghubungiku barangkali.
Bagimu sudah biasa, kamu tahu bahwa aku tidak mungkin menyudahi meskipun akhir-akhir ini sangat ingin ku lakukan.
Aku ingin menyerah, aku ingin menghilang agar DICARI.
Tapi kamu tahu aku terlalu takut ditinggalkan, aku terlalu takut menjadi sendiri.
Lelucon yang selalu kita mainkan dengan drama berjudul 'kangen'
Kamu anggap ini baik-baik saja?
Tidak!
Anggaplah aku memang overthinking, aku terlalu cengeng, aku terlalu manja, sedangkan kamu hanya lelah karena bekerja seharian, menyesuaikan waktu kita yang berbeda beberapa jam.
Meskipun dibalik kedok 'demi kamu aku rela'
Bukan hanya kamu yang begitu, akupun harus rela menunda pekerjaan karena kamu bilang kangen, atau tiap sepuluh menit ke kamar mandi agar tidak mengantuk ketika menunggu kamu pulang, mandi dan makan.
Aku tidak mau meminta maaf atau berterima kasih.
Yang aku tahu perasaanku lebih besar dari rinduku. Yang aku tahu hubungan ini semakin dekat dengan 'kegaringan'
Aku tidak akan berbicara banyak, aku tidak akan menangis lagi meskipun aku mau, aku tidak akan marah-marah lagi, aku tidak akan ngambek lagi, dan tentunya banyak dari perhatianku yang mungkin tidak akan kamu nikmati lagi.
Bila memang harus bermain seperti ini, aku ikuti langkahnya, sampai dititik mana kita sanggup untuk menuruti ego masing-masing.
Aku memang berpikir berlebihan, dan terlalu banyak kekurangan.
18.53 WITA.
5 hari menuju tanggal 11 yang ke 14.
Sudah berhari-hari kita lewati banyak waktu yang berat.
Banyak menit yang hadir, meski kadang tak kita hargai
Banyak detik yang berlalu, entah berarti atau tidak.
Aku tahu, kisah ini tidak mungkin sama seperti hari-hari yang telah berlalu,
Atau kembali disaat-saat tanggal 11 yang pertama.
Semua telah berbeda meski berulangkali ku kemas menjadi manis, sebenarnya untuk menutupi perasaan raguku.
Aku tidak pernah meminta apapun, dan kamu tidak pernah berjanji apapun.
Kita hanyalah sepasang manusia yang berjanji untuk bersama dalam keadaan apapun, tanpa ikatan apapun.
Hanya kalimat manis, rencana-rencana
Terlalu naif?
Atau aku yang memang terlalu berharap.
Ya, sejak awal kamupun tahu. Begitu juga yang tertulis nyata dalam banyak catatanku. Rasa ini ada bahkan sebelum kamu tahu apa itu komitmen.
Hingga akhirnya aku yang peka ketika keadaan mulai berubah, saat kamu tidak sadar ada yang salah dalam jalannya hubungan.
Tidakkah terlalu mencolok?
Saat aku meminta oh bahkan memohon waktumu untuk mendengarkan ceritaku. Kau iya-kan lalu kamu sudahi dengan banyak alasan. Bahkan saat aku menelan sisa isak tangis, kamu hanya diam seolah tak tertarik untuk menghiburku.
Bukankah diawal kamu selalu bergairah mendengar semua ocehanku?
Mungkin ini tanda-tanda bosan.
Kamu sudah bosan melihat air mataku, sudah bosan mendengar suaraku, sudah bosan menghubungiku barangkali.
Bagimu sudah biasa, kamu tahu bahwa aku tidak mungkin menyudahi meskipun akhir-akhir ini sangat ingin ku lakukan.
Aku ingin menyerah, aku ingin menghilang agar DICARI.
Tapi kamu tahu aku terlalu takut ditinggalkan, aku terlalu takut menjadi sendiri.
Lelucon yang selalu kita mainkan dengan drama berjudul 'kangen'
Kamu anggap ini baik-baik saja?
Tidak!
Anggaplah aku memang overthinking, aku terlalu cengeng, aku terlalu manja, sedangkan kamu hanya lelah karena bekerja seharian, menyesuaikan waktu kita yang berbeda beberapa jam.
Meskipun dibalik kedok 'demi kamu aku rela'
Bukan hanya kamu yang begitu, akupun harus rela menunda pekerjaan karena kamu bilang kangen, atau tiap sepuluh menit ke kamar mandi agar tidak mengantuk ketika menunggu kamu pulang, mandi dan makan.
Aku tidak mau meminta maaf atau berterima kasih.
Yang aku tahu perasaanku lebih besar dari rinduku. Yang aku tahu hubungan ini semakin dekat dengan 'kegaringan'
Aku tidak akan berbicara banyak, aku tidak akan menangis lagi meskipun aku mau, aku tidak akan marah-marah lagi, aku tidak akan ngambek lagi, dan tentunya banyak dari perhatianku yang mungkin tidak akan kamu nikmati lagi.
Bila memang harus bermain seperti ini, aku ikuti langkahnya, sampai dititik mana kita sanggup untuk menuruti ego masing-masing.
Aku memang berpikir berlebihan, dan terlalu banyak kekurangan.
18.53 WITA.
Selasa, 17 April 2018
Rindu
21.56 Wita
Hari ini pertama kalinya sejak setahun belakangan aku berkunjung ke pernikahan orang tanpamu.
Merasakan kebahagiaan mereka, tanpamu.
Biasanya, setelah acara kita akan selalu membahas apa yang ingin kita lakukan ketika hari bahagia itu tiba dihubungan kita. Diantara angin yang berhembus dalam malam, bersama bisingnya suara kendaraan mengawal kita pulang.
Aku rindu saat berencana bersamamu, lalu tanganmu menggenggam tanganku, seakan memberi keyakinan bahwa kita bisa mewujudkannya suatu saat nanti.
Hari ini sepi. Harusnya aku bahagia, namun ada yang kurang. Aku rindu tawamu tiba-tiba. Aku rindu aromamu dibalik jaket jeans biru muda yang sama seperti Dilan!
Ah dilan,
Benar katanya bahwa rindu itu berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja.
Ingin ku katakan pada dilan bahwa rinduku lebih berat daripada rindunya untuk milea.
Dilan, rinduku dibatasi jarak dan waktu!
Aku rindu. Sangat rindu.
Sengaja aku tutupi, sengaja aku menyangkal bahwa aku merindukannya. Rindu yang lebih dalam dari sekedar kangen!
Setiap mendengar lagu, aku rindu
Setiap makan, aku rindu
Setiap akan lelap, akupun rindu.
aku sangat rindu!
Sebenarnya aku ingin dengan suaramu, namun rindu ini harus ku tahan kembali. Kau sudah lelap dalam mimpimu disana, dan aku hanya bisa ikut bersiap untuk lelap pula malam ini, tentu dengan rindu yang datang!
Semoga kita bertemu dimimpi ya, agar rindu ini terobati.
Selamat malam,
Irma Arnika
22.04 wita
Hari ini pertama kalinya sejak setahun belakangan aku berkunjung ke pernikahan orang tanpamu.
Merasakan kebahagiaan mereka, tanpamu.
Biasanya, setelah acara kita akan selalu membahas apa yang ingin kita lakukan ketika hari bahagia itu tiba dihubungan kita. Diantara angin yang berhembus dalam malam, bersama bisingnya suara kendaraan mengawal kita pulang.
Aku rindu saat berencana bersamamu, lalu tanganmu menggenggam tanganku, seakan memberi keyakinan bahwa kita bisa mewujudkannya suatu saat nanti.
Hari ini sepi. Harusnya aku bahagia, namun ada yang kurang. Aku rindu tawamu tiba-tiba. Aku rindu aromamu dibalik jaket jeans biru muda yang sama seperti Dilan!
Ah dilan,
Benar katanya bahwa rindu itu berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja.
Ingin ku katakan pada dilan bahwa rinduku lebih berat daripada rindunya untuk milea.
Dilan, rinduku dibatasi jarak dan waktu!
Aku rindu. Sangat rindu.
Sengaja aku tutupi, sengaja aku menyangkal bahwa aku merindukannya. Rindu yang lebih dalam dari sekedar kangen!
Setiap mendengar lagu, aku rindu
Setiap makan, aku rindu
Setiap akan lelap, akupun rindu.
aku sangat rindu!
Sebenarnya aku ingin dengan suaramu, namun rindu ini harus ku tahan kembali. Kau sudah lelap dalam mimpimu disana, dan aku hanya bisa ikut bersiap untuk lelap pula malam ini, tentu dengan rindu yang datang!
Semoga kita bertemu dimimpi ya, agar rindu ini terobati.
Selamat malam,
Irma Arnika
22.04 wita
Rabu, 11 April 2018
Selamat Datang di Tahun Kedua
Aku tidak bercerita tentang perpisahan selamanya sayang, hanya saja setelahnya semua terasa begitu berat. Hari-hari harus aku lewati sendiri, kembali ke masa-masa satu tahun sebelum bersamamu. Semua yang terbiasa kita jalani bersama harus aku jalani sendirian, dalam derasnya rindu yang menghujam. Namun percaya saja, aku akan selalu berusaha (pura-pura) tegar, menunggumu pulang.
Kapan? Aku juga tidak tahu kapan kamu akan kembali, kapan kita akan bercerita seru kembali, disentuh meski hanya lewat jari-jari yang saling bertaut. Aku benar-benar merindukannya, meski aku menahan sekuat hati untuk tidak selalu merajuk ketika kamu sibuk dengan dunia barumu. Sangat berat menjadi orang yang s e l a l u menunggu.

Sayang.. Selamat hari jadi yang pertama!
Selamat bertemu ditanggal 11 april kembali.
Ini seperti mimpi, namun nyata. Atau.. Kenyataan namun seperti mimpi. Aku tidak pernah membayangkan akan bertahan sejauh ini denganmu, ditambah jarak 4.641 Km ini membuat semuanya terasa berat. Harusnya hari ini kita bisa tertawa bersama, menangis atau apapun bersama-sama, mengingat kembali hal-hal apa saja yang telah kita lewati selama satu tahun. Tapi tak apa, aku tetap bersyukur bisa tetap ada disisimu, aku bahagia dengan semua pencapaianmu karena akulah yang menemanimu hingga detik ini. Semoga kamu juga merasakan hal yang sama.
Terimakasih untuk satu tahun yang berharga. Aku tak perlu menceritakan kembali, karena di tempat ini semua cerita sudah tercurah untukmu.
Sayang sudahlah.. Semakin banyak aku menulis, semakin berat rasanya. Biar semua terjadi dan menjadi cerita kita.
Semoga selalu bahagia meskipun jarak dan waktu yang membatasi.
Selamat menjalani tahun kedua dihubungan kita.. Aku merindukanmu.
Cepat pulang ❤
#1stanniversary #LDRlife #longdistancerelationship #LDRstory #love #Aprilstory #2018
Sabtu, 20 Januari 2018
Cerita Tentang Pengakuan
Jujur tentang sesuatu yang terpendam adalah hal sulit untuk dilakukan. Terlebih bila kejujuran itu menyangkut perasaan yang sekiranya tidak akan mungkin menemukan jawaban.
Ada satu titik dimana jujur adalah hal yang tidak perlu dilakukan, namun masih ada banyak titik yang menjadi alasan kenapa harus jujur.
Pasrah..
Aku pasrahkan semua perasaan pada hari itu. Bagimana cerita tentang menunggu..
Bertahun-tahun memendam perasaan pada seseorang yang amat ku cintai, tentu dalam ketidakjujuran.
Diam-diam, selama beberapa tahun aku mulai memperhatikannya, mengikuti semua kemauannya bahkan memeluknya dalam doa-doa yang selalu aku panjatkan.
Disuatu ketika, saat perasaan itu memuncak, tatkala dengan spontan dia memelukku erat pada hari ulang tahunnya. Aku orang pertama yang memberinya ucapan selamat pada pukul setengah satu pagi, secara langsung, berada disampingnya.
Sejak saat itulah, aku mengumpulkan serpihan-serpihan perasaan yang ku hancurkan sendiri, dulunya berharap memang benar akan hancur.
Sayangnya, Tuhan selalu punya rencana dibalik doa dan penantian.
20 Januari 2017
Titik awal dimana kami saling berdiam diri, berpikir tentang sebuah hubungan.
Aku dengan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya, bermodal nekat, tak berpikir kodrat.
Dia, dengan keras kepalanya, selalu mengatakan dirinya bodoh karena menyia-nyiakan wanita sepertiku, menggantungku bertahun-tahun dalam hubungan yang tak pasti.
Meski kami sama-sama tahu, saat itu tidak mungkin bersama, terlalu jauh untuk tiba-tiba menjadi dekat.
Kala itu, diatas pasir pantai coklat yang tertutup gelapnya malam. Dengan dress berwarna merah terang, aku mengalahkan malam dan meruntuhkan hatiku sendiri. Berusaha berani, seberani warna baju yang ku gunakan.
Ombang bergulung, menghantam bibir pantai, menyapu pasir-pasir kecil ketengah pantai. Dalam dekapan angin, aku memulai semuanya. Mencertiakan bagaimana rasaku selama ini. Aku tahu, bukan tidak mungkin kau tidak merasakannya.
Ada tetes air mata yang jatuh dari mataku, sedih, malu, kecewa dan bahagia menjadi satu. Aku tidak perlu berpura-pura tidak mencintaimu.
Apapun jawabanmu, itu hakmu. Bagaimana reaksimu, itu pilihanmu. Semua ada ditaganmu, aku hany bertugas menyampaikan.
Pada tanggal itu, semua berakhir. Penantianku berakhir namun tidak dengan doa-doa yang selalu aku panjatkan
Pada tanggal itu, semua berawal. Perasaan yang sebenarnya kau miliki dari dulu, akhirnya benar-benar muncul.
Kadang.. Manusia tidak mau jujur dengan apa yang dirasa. Memilih diam dan memendam bukanlah hal yang tepat.
Siapapun, perempuan atau laki-laki, sebelum tuhan membuatmu terlambat, sebaiknya jujurlah dengan perasaanmu. Semua bisa berubah karena kejujuran. Hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin krna kejujuran.
Terimakasih untuk waktunya, hari ini tepat setahun aku mengungkapkannya, dan ternyata Tuhan memberikan kita kesempatan untuk bersama. Banyak proses dan hal yang kita lalui selama satu tahun kebelakang, tidak mudah, sangat sulit bahkan sekedar untuk diceritakan.
Dalam ciuman di keningku untuk yang pertama kalinya darimu..
Aku hanya bisa terdiam, kenapa kau lakukan itu?
Namun setahun kemudian aku tahu jawabannya.
Kamu mencintaiku.
20 Januari 2018
Dengan cinta,
Irma Arnika
Ada satu titik dimana jujur adalah hal yang tidak perlu dilakukan, namun masih ada banyak titik yang menjadi alasan kenapa harus jujur.
Pasrah..
Aku pasrahkan semua perasaan pada hari itu. Bagimana cerita tentang menunggu..
Bertahun-tahun memendam perasaan pada seseorang yang amat ku cintai, tentu dalam ketidakjujuran.
Diam-diam, selama beberapa tahun aku mulai memperhatikannya, mengikuti semua kemauannya bahkan memeluknya dalam doa-doa yang selalu aku panjatkan.
Disuatu ketika, saat perasaan itu memuncak, tatkala dengan spontan dia memelukku erat pada hari ulang tahunnya. Aku orang pertama yang memberinya ucapan selamat pada pukul setengah satu pagi, secara langsung, berada disampingnya.
Sejak saat itulah, aku mengumpulkan serpihan-serpihan perasaan yang ku hancurkan sendiri, dulunya berharap memang benar akan hancur.
Sayangnya, Tuhan selalu punya rencana dibalik doa dan penantian.
20 Januari 2017
Titik awal dimana kami saling berdiam diri, berpikir tentang sebuah hubungan.
Aku dengan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya, bermodal nekat, tak berpikir kodrat.
Dia, dengan keras kepalanya, selalu mengatakan dirinya bodoh karena menyia-nyiakan wanita sepertiku, menggantungku bertahun-tahun dalam hubungan yang tak pasti.
Meski kami sama-sama tahu, saat itu tidak mungkin bersama, terlalu jauh untuk tiba-tiba menjadi dekat.
Kala itu, diatas pasir pantai coklat yang tertutup gelapnya malam. Dengan dress berwarna merah terang, aku mengalahkan malam dan meruntuhkan hatiku sendiri. Berusaha berani, seberani warna baju yang ku gunakan.
Ombang bergulung, menghantam bibir pantai, menyapu pasir-pasir kecil ketengah pantai. Dalam dekapan angin, aku memulai semuanya. Mencertiakan bagaimana rasaku selama ini. Aku tahu, bukan tidak mungkin kau tidak merasakannya.
Ada tetes air mata yang jatuh dari mataku, sedih, malu, kecewa dan bahagia menjadi satu. Aku tidak perlu berpura-pura tidak mencintaimu.
Apapun jawabanmu, itu hakmu. Bagaimana reaksimu, itu pilihanmu. Semua ada ditaganmu, aku hany bertugas menyampaikan.
Pada tanggal itu, semua berakhir. Penantianku berakhir namun tidak dengan doa-doa yang selalu aku panjatkan
Pada tanggal itu, semua berawal. Perasaan yang sebenarnya kau miliki dari dulu, akhirnya benar-benar muncul.
Kadang.. Manusia tidak mau jujur dengan apa yang dirasa. Memilih diam dan memendam bukanlah hal yang tepat.
Siapapun, perempuan atau laki-laki, sebelum tuhan membuatmu terlambat, sebaiknya jujurlah dengan perasaanmu. Semua bisa berubah karena kejujuran. Hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin krna kejujuran.
Terimakasih untuk waktunya, hari ini tepat setahun aku mengungkapkannya, dan ternyata Tuhan memberikan kita kesempatan untuk bersama. Banyak proses dan hal yang kita lalui selama satu tahun kebelakang, tidak mudah, sangat sulit bahkan sekedar untuk diceritakan.
Dalam ciuman di keningku untuk yang pertama kalinya darimu..
Aku hanya bisa terdiam, kenapa kau lakukan itu?
Namun setahun kemudian aku tahu jawabannya.
Kamu mencintaiku.
20 Januari 2018
Dengan cinta,
Irma Arnika
Minggu, 14 Januari 2018
Surat dari Pengangguran
Diluar sana, ada sekian banyak orang yang berjuang untuk menghidupi dirinya, dengan penghasilan yang di dapat dari setiap tetes keringat, memerasnya hingga menjadi pundi-pundi rupiah.
Bekerja tak kenal lelah, bahkan mengeluhpun percuma. Hidup memang harus tetap berjalan, dengan cara berjuang dan bertahan, bahkan untuk pekerjaan yang memuakkan, namun hasilnya selalu ditunggu.
Dari sekian banyak orang juga, ada orang-orang yang belum beruntung. Berhari-hari menunggu kepastian, berbulan-bulan mencoba, dan bertahun-tahun gagal. Mereka orang-orang yang kalian sebut sebagai pengangguran. Yang dilihat hanya bangun dan tidur, menghabiskan uang orang tua untuk hal-hal yang tidak jelas. Bahkan, menganggap mereka sebagai orang yang malas.
Perjalanan menempuh pendidikan bertahun, dengan segudang prestasi dan pengalaman, ternyata sama sekali tidak bisa menentukan karir kita. Ada yang sekolah pariwisata tapi kerjanya di perusahaan yang berbeda dengan pariwisata. Ya, begitulah kehidupan mereka berjalan. Berusaha melewati semua kegagalan dengan terus mencoba, lalu menahan emosi pada orang-orang suci yang merasa hidupnya takkan pernah gagal.
Mereka yang belum bekerja karena selalu gagal pada tahap lamaran, gagal lagi pada tahap interview bahkan gagal ketika sudah bekerja, dan kembali menjadi pengangguran, bukanlah orang yang malas!
Mereka adalah orang-orang yang akan berhasil, dan saat ini sedang menghabiskan jatah gagal mereka untuk bekerja.
Dulu ketika masih semangat kuliah, berjuang sepenuh hati, mendalami ilmu-ilmu di kampus dengan baik (karena sadar gajih kita sebulan diperusahaan saja tidak akan cukup membayar biaya kuliah per semster), lalu ikut kegiatan kampus agar punya banyak relasi, toh TIDAK menjamin 100% akan mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.
Saya percaya semua soal takdir. Pekerjan ibarat jodoh yang harus pernah mengalami kegagalan. Sudah PDKT (kirim lamaran), Ketemuan (Interview) eh ternyata gagal jadian (DITOLAK). Sesederhana itu Tuhan menulis skenario untuk umatnya. Sayangnya.. Tidak banyak orang yang peduli, mereka hanya berpaku ada standar "perngangguran adalah orang malas"
Mereka hanya perlu di bantu, tidak harus dengan membantu menempatkan pada perusahaan tertentu, cukup dengan membatu info lowongan, membantu doa dan yang terpenting, bantu yakinkan mereka bahwa pasti ada pekerjaan terbaik yang sedang menanti mereka. Bukan dengan kata-kata "Kok belum kerja? Udah kirim lamaran? Atau.. "Jangan pilih-pilih jadi orang" atau lebih parahnya setiap ketemu ditanya terus "Belum kerja juga?'
Dulu.. Ketika saya berhadapan dengan seorang jobseeker, bahkan berbulan-bulan tanpa penghasilan atau lebel "Karyawan" alam bawah sadar saya langsung merasa bahwa dia kurang usaha.
Lalu, setelah saya mengalami fasenya, saya sadar, bahwa semua adalah proses, lulusan baru adalah calon penerus terbaik, kami hanya belum diberikan kesempatan menggantikan posisi senior. Pada akhirnya, kami juga akan menjadi seperti mereka yang rela berbagi karir secara tidak langusng dengan orang lain
Bekerja tak kenal lelah, bahkan mengeluhpun percuma. Hidup memang harus tetap berjalan, dengan cara berjuang dan bertahan, bahkan untuk pekerjaan yang memuakkan, namun hasilnya selalu ditunggu.
Dari sekian banyak orang juga, ada orang-orang yang belum beruntung. Berhari-hari menunggu kepastian, berbulan-bulan mencoba, dan bertahun-tahun gagal. Mereka orang-orang yang kalian sebut sebagai pengangguran. Yang dilihat hanya bangun dan tidur, menghabiskan uang orang tua untuk hal-hal yang tidak jelas. Bahkan, menganggap mereka sebagai orang yang malas.
Perjalanan menempuh pendidikan bertahun, dengan segudang prestasi dan pengalaman, ternyata sama sekali tidak bisa menentukan karir kita. Ada yang sekolah pariwisata tapi kerjanya di perusahaan yang berbeda dengan pariwisata. Ya, begitulah kehidupan mereka berjalan. Berusaha melewati semua kegagalan dengan terus mencoba, lalu menahan emosi pada orang-orang suci yang merasa hidupnya takkan pernah gagal.
Mereka yang belum bekerja karena selalu gagal pada tahap lamaran, gagal lagi pada tahap interview bahkan gagal ketika sudah bekerja, dan kembali menjadi pengangguran, bukanlah orang yang malas!
Mereka adalah orang-orang yang akan berhasil, dan saat ini sedang menghabiskan jatah gagal mereka untuk bekerja.
Dulu ketika masih semangat kuliah, berjuang sepenuh hati, mendalami ilmu-ilmu di kampus dengan baik (karena sadar gajih kita sebulan diperusahaan saja tidak akan cukup membayar biaya kuliah per semster), lalu ikut kegiatan kampus agar punya banyak relasi, toh TIDAK menjamin 100% akan mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.
Saya percaya semua soal takdir. Pekerjan ibarat jodoh yang harus pernah mengalami kegagalan. Sudah PDKT (kirim lamaran), Ketemuan (Interview) eh ternyata gagal jadian (DITOLAK). Sesederhana itu Tuhan menulis skenario untuk umatnya. Sayangnya.. Tidak banyak orang yang peduli, mereka hanya berpaku ada standar "perngangguran adalah orang malas"
Mereka hanya perlu di bantu, tidak harus dengan membantu menempatkan pada perusahaan tertentu, cukup dengan membatu info lowongan, membantu doa dan yang terpenting, bantu yakinkan mereka bahwa pasti ada pekerjaan terbaik yang sedang menanti mereka. Bukan dengan kata-kata "Kok belum kerja? Udah kirim lamaran? Atau.. "Jangan pilih-pilih jadi orang" atau lebih parahnya setiap ketemu ditanya terus "Belum kerja juga?'
Dulu.. Ketika saya berhadapan dengan seorang jobseeker, bahkan berbulan-bulan tanpa penghasilan atau lebel "Karyawan" alam bawah sadar saya langsung merasa bahwa dia kurang usaha.
Lalu, setelah saya mengalami fasenya, saya sadar, bahwa semua adalah proses, lulusan baru adalah calon penerus terbaik, kami hanya belum diberikan kesempatan menggantikan posisi senior. Pada akhirnya, kami juga akan menjadi seperti mereka yang rela berbagi karir secara tidak langusng dengan orang lain
Langganan:
Postingan (Atom)