Diluar sana, ada sekian banyak orang yang berjuang untuk menghidupi dirinya, dengan penghasilan yang di dapat dari setiap tetes keringat, memerasnya hingga menjadi pundi-pundi rupiah.
Bekerja tak kenal lelah, bahkan mengeluhpun percuma. Hidup memang harus tetap berjalan, dengan cara berjuang dan bertahan, bahkan untuk pekerjaan yang memuakkan, namun hasilnya selalu ditunggu.
Dari sekian banyak orang juga, ada orang-orang yang belum beruntung. Berhari-hari menunggu kepastian, berbulan-bulan mencoba, dan bertahun-tahun gagal. Mereka orang-orang yang kalian sebut sebagai pengangguran. Yang dilihat hanya bangun dan tidur, menghabiskan uang orang tua untuk hal-hal yang tidak jelas. Bahkan, menganggap mereka sebagai orang yang malas.
Perjalanan menempuh pendidikan bertahun, dengan segudang prestasi dan pengalaman, ternyata sama sekali tidak bisa menentukan karir kita. Ada yang sekolah pariwisata tapi kerjanya di perusahaan yang berbeda dengan pariwisata. Ya, begitulah kehidupan mereka berjalan. Berusaha melewati semua kegagalan dengan terus mencoba, lalu menahan emosi pada orang-orang suci yang merasa hidupnya takkan pernah gagal.
Mereka yang belum bekerja karena selalu gagal pada tahap lamaran, gagal lagi pada tahap interview bahkan gagal ketika sudah bekerja, dan kembali menjadi pengangguran, bukanlah orang yang malas!
Mereka adalah orang-orang yang akan berhasil, dan saat ini sedang menghabiskan jatah gagal mereka untuk bekerja.
Dulu ketika masih semangat kuliah, berjuang sepenuh hati, mendalami ilmu-ilmu di kampus dengan baik (karena sadar gajih kita sebulan diperusahaan saja tidak akan cukup membayar biaya kuliah per semster), lalu ikut kegiatan kampus agar punya banyak relasi, toh TIDAK menjamin 100% akan mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.
Saya percaya semua soal takdir. Pekerjan ibarat jodoh yang harus pernah mengalami kegagalan. Sudah PDKT (kirim lamaran), Ketemuan (Interview) eh ternyata gagal jadian (DITOLAK). Sesederhana itu Tuhan menulis skenario untuk umatnya. Sayangnya.. Tidak banyak orang yang peduli, mereka hanya berpaku ada standar "perngangguran adalah orang malas"
Mereka hanya perlu di bantu, tidak harus dengan membantu menempatkan pada perusahaan tertentu, cukup dengan membatu info lowongan, membantu doa dan yang terpenting, bantu yakinkan mereka bahwa pasti ada pekerjaan terbaik yang sedang menanti mereka. Bukan dengan kata-kata "Kok belum kerja? Udah kirim lamaran? Atau.. "Jangan pilih-pilih jadi orang" atau lebih parahnya setiap ketemu ditanya terus "Belum kerja juga?'
Dulu.. Ketika saya berhadapan dengan seorang jobseeker, bahkan berbulan-bulan tanpa penghasilan atau lebel "Karyawan" alam bawah sadar saya langsung merasa bahwa dia kurang usaha.
Lalu, setelah saya mengalami fasenya, saya sadar, bahwa semua adalah proses, lulusan baru adalah calon penerus terbaik, kami hanya belum diberikan kesempatan menggantikan posisi senior. Pada akhirnya, kami juga akan menjadi seperti mereka yang rela berbagi karir secara tidak langusng dengan orang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar