Sudah berulang kali aku pernah merasakan perasaan yang sama. Saat pipiku merona bila melihat tatapannya, saat jantungku berdegup kencang bila berada didekatnya.
Jatuh cinta..
Iya! Perasaan itu, yang begitu indah menghiasai hatiku. Perasaan yang membangkitkan semangatku, bahwa aku bisa hidup karenanya.
Cinta.. Kata orang buta, tidak pernah mau tahu kekurangan orang yang dicinta, seburuk apapun akan terlihat sempurna.
Ya benar, cinta telah menguasai, menutupi segenap logika manusia.
Bahkan, kebohongan secuilpun tak masalah karena alasan cinta.
Sampai saat ini, cinta menjadi alasan kenapa maaf masib bisa diterima,
Menjadi alasan kenapa kesempatan itu datang berulang kali.
Aku jatuh cinta pada orang yang salah.
Awalnya aku kira ini adalah hubungan terakhir. Aku yakin pada hatiku yang sudah memilhnya. Aku percaya bahwa dia tidak seburuk orang-orang dulunya datang dan pergi (termasuk kamu yang datang namun belum bisa pergi dari hati kecilku #n)
Segalanya, ku kira akan sempurna seperti mimpiku.
Aku mulai membuka hati untukmu.
Karena aku yakin masalalumu sudah benar-benar kamu iklaskan, maka aku berani menerimamu, mengisi hari-hariku, berkenalan dengan kebiasaanmu dan masuk kedalam duniamu.
Ya, aku sangat terbiasa.
Perasaan itu semakin tumbuh, hingga sayang untuk ditinggalkan.
Aku rindu kata sayangmu.
Sialnya, segalanya berubah. Aku tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Kenapa kamu berubah secepat itu? Hingga rasanya satu hari berjalan begituuuu lama!
Aku sudah tiga kali bermimpu hal yang sama.
Jangan pernah remehkan feeling perempuan, apalagi dia begitu menyayangimu. Jangan pernah seperti itu lagi.
Kamu yang berkata, jangan meninggalkanmu hanya karena mimpi itu.
Hahhaa sayangnya mimpi itu adalah jawaban dari setiap keresahannku.
Terimakasih untuk semuanya.
Aku tidak pernah membencimu. Sungguh, sayang itu masih saja membuatku merasa rindu. Setiap hari masih memikirkanmu sejujurnya sangat membuatku merasa tersiksa.
Kau disana sedang bahagia bersama masalalumu yang kembali lagi. Kalian bisa tertawa sepuasnya, berbagi kisah setiap saat, saling berpelukan dan saling menggenggam satu sama lain.
Kembali... Aku membereskan semua perasaan itu sendiri,
Menyapu dan menggosok hingga kembali bersih seperti semula.
Sayangnya.. Angin selalu menerbangkan debu rindu, dimana sisa-siaa puing perasaan itu terbang, jatuh, membuat rumahku kembali kotor.
Lagi dan lagi, aku membersihkannya sendiri.
Kenapa aku bisa sebodoh ini?
Seharusnya, dari awal aku tahu, kamu sama sekali tidak tulus mengatakan sayang. Kamu sama sekali tidak tulus mengatakan kamu merindukanku. Bahkan, aku tahu itu sangat sulit untukmu.
Aku pernah berkata bahwa kamu harus selaku jujur, kan?
Terimakasih atas segala kejujuranmu, meski menyakitkan akan ku telan.
Demi kamu agar bahagia bersama wanita itu.
Apa yang harus aku lakukan?
Tidak ada. Aku tidak mungkin mengemis padamu agar kamu kembali. Itu sama saja aku melukai kembali diri ku, kan
Aku terima dan merelakan saja kamu dengannya yang lebih mampu menawarkan kebahagiaan yang tidak mungkin mamu dapat bila bersamaku.
Setelah ini, apa aku percaya cinta?
Aku perlu waktu untuk mampu menerima,
Setiap penerimaan perlu proses yang berat. Meski saat ini, ketika aku mendengar kata cinta, rasanya begitu omong kosong.
Aku jadi ragu, apakah ada yang benar-benar tulus mencintaiku meski tahu keadaanku yang sesungguhnya.
Aku rasa tidak. Tidak ada yang benar-benar bisa berlaku seperti itu.
Aku tidak menyalahkan siapun atas apa yang aku rasakan,
Kembali ke pangkuan Tuhan, menangis dan akhirnya tersenyu.
Terimakasih untuk segalanya...
Menulislah karena kamu suka membaca. Membacalah karya orang lain sebelum orang lain membaca karyamu.
Sabtu, 30 Juli 2016
Selasa, 05 April 2016
Kini Tak Lagi Sama
Thankyou❤
Pada awalnya aku hanya bermaksud menyimpannya sendiri tanpa berbagi dengan siapapun, tak seorangpun.
Lalu, lama kelamaan rasa ini tak mampu ku pendam
Lelah? Iya.. Sangat lelah karena harus mengulang cerita tentangmu
Cerita yang mungkin sangat membosankan ditelinga orang lain.
Hanya saja, aku tak pernah bosan menulisnya lagi, bercerita kembali tentang penantianku.
Kenapa aku masih sendiri?
Kamu.. Salah satu alasan kenapa aku tetao bertahan dalam kesendirian.
Meski terlihat hiperbola, namun beginilah keadaannya.
Aku tidak pernah mampu menjalin hubungan lebih dari sekadar teman dengan siapapun.
Karena perasaan ini telah terpaku untukmu.
Jangan pernah salahkan aku karena tidak bisa seutuhnya pergi
Karena waktulah yang akan memberi jawaban dan waktulah yang menggantung cerita kita
Aku tahu kamu peduli,
Namun ego mu yang menutupi niatmu.
#tobecontinue
Pada awalnya aku hanya bermaksud menyimpannya sendiri tanpa berbagi dengan siapapun, tak seorangpun.
Lalu, lama kelamaan rasa ini tak mampu ku pendam
Lelah? Iya.. Sangat lelah karena harus mengulang cerita tentangmu
Cerita yang mungkin sangat membosankan ditelinga orang lain.
Hanya saja, aku tak pernah bosan menulisnya lagi, bercerita kembali tentang penantianku.
Kenapa aku masih sendiri?
Kamu.. Salah satu alasan kenapa aku tetao bertahan dalam kesendirian.
Meski terlihat hiperbola, namun beginilah keadaannya.
Aku tidak pernah mampu menjalin hubungan lebih dari sekadar teman dengan siapapun.
Karena perasaan ini telah terpaku untukmu.
Jangan pernah salahkan aku karena tidak bisa seutuhnya pergi
Karena waktulah yang akan memberi jawaban dan waktulah yang menggantung cerita kita
Aku tahu kamu peduli,
Namun ego mu yang menutupi niatmu.
#tobecontinue
Jumat, 11 Maret 2016
Aku Pembencimu
Aku benci setiap bayangan yang selalu hadir, semua tentangmu
Aku benci pada takdir, yang tak pernah bisa melupakanmu
Aku benci pada setiap detail perasaanku, yang selalu saja menguat meski ku tahu akhirnya
Aku benci tawamu, yang selalu membuat pertahananku goyah
Aku benci senyummu, yang tak pernah lepas dari ingatanku
Aku benci lirikanmu, yang tak bisa ku sangkal bahwa itu terlalu indah
Aku benci suaramu, yang hingga detik ini selalu kurindukan
Aku benci pertemuan kita, yang ternyata tak seindah bayanganku
Aku benci waktu, yang tak pernah berpihak pada perasaanku
Aku benci kamu.
Aku benci sikapmu yang terlalu sering berubah, yang tak bisa ku terka.
Aku lelah, membenci semuanya.
Membenci kenangan kita, yang sama sekali tak pernah berarti dipikiranmu
Aku benci, bukan pada perasaan ini.. Namun pada diriku sendiri
Yang tak pernah bisa melupakanmu, walau sejenak..
Aku benci pada takdir, yang tak pernah bisa melupakanmu
Aku benci pada setiap detail perasaanku, yang selalu saja menguat meski ku tahu akhirnya
Aku benci tawamu, yang selalu membuat pertahananku goyah
Aku benci senyummu, yang tak pernah lepas dari ingatanku
Aku benci lirikanmu, yang tak bisa ku sangkal bahwa itu terlalu indah
Aku benci suaramu, yang hingga detik ini selalu kurindukan
Aku benci pertemuan kita, yang ternyata tak seindah bayanganku
Aku benci waktu, yang tak pernah berpihak pada perasaanku
Aku benci kamu.
Aku benci sikapmu yang terlalu sering berubah, yang tak bisa ku terka.
Aku lelah, membenci semuanya.
Membenci kenangan kita, yang sama sekali tak pernah berarti dipikiranmu
Aku benci, bukan pada perasaan ini.. Namun pada diriku sendiri
Yang tak pernah bisa melupakanmu, walau sejenak..
Jumat, 04 Maret 2016
Teman-Temanku
Hai.. Apa kabar?
Masihkah kalian sehat ketika membaca tulisanku?
Masihkah kalian bisa tertawa saat ini?
Semoga senyum dan kebahagiaan kalian tak pernah terputus.
Tuhan memberkati.
Sudah berapa lama sejak kalian mengenalku?
Dari pertemuan awal pada semester satu kita menginjakkan kaki di bangku kuliah.
Masihkah kalian ingat bagaimana pertama kali kita berkenalan?
Bagaimana kata "hai" menjadi penyambung hubungan kita,
Masihkah kalian ingat betapa tulusnya niat kita untuk berteman?
Teman-temanku..
Tolong jangan pernah ada rasa saling membenci diantara kita.
Seegois apapun pribadi kita masing-masing, aku harap bukanlah beban yang akan menghancurkan segalanya..
Meski kadang rasa kesal menghantui, bahkan menyulut api perang yang sebelumnya tak pernah tersentuh,
Ku mohon, redamlah percikan-percikan kesal itu.
Hilangkanlah niat bermusuhan.
Kita pernah menyebut diri sebagai saudara, kan?
Bila memang ada pertengkaran kecil diantara kita, anggaplah semuanya hanya bumbu yang mampu menambah nikmatnya cerita kita
Percayalah, kalian takkan pernah menemukan kembali keluarga seperti sekarang.
Kita sama-sama dewasa, kan?
Setelah memakai toga, maka takkan ada lagi cerita seperti ini
Kita sama-sama akan melalui masa-masa yang sangat susah,
Ada yang akan mati-matian mengejar karir,
Ada yang niat melanjutkan kembali sekolahnya,
Bahkan ada yang akan melepas masa lajang?
Entahlah.. Harapan tertulusku sebagai bagian dari kalian adalah melihat kalian sukses dimasa yang akan datang.
Masa dimana ketika kita kembali berkumpul, semua telah mencapai mimpinya masing-masing..
Percayalah teman-temanku..
Kalian adalah hal terindah yang pernah ku temui selama duduk dibangku sekolah..
Tak ada cerita paling indah selama hidupku.
Aku tak pernah bisa berbagi kesedihan,
Aku tak pernah bisa berbagi tawa dan canda sebelumnya.
Hanya bersama kalian, aku mampu menjadi gadis yang apa adanya.
Tak peduli sejelek apapun rupaku,
Seburuk apapun tingkahku
Ku rasa, kalian selalu mampu menerimanya..
Ya, meski tak kupungkiri kadang rasa malas dan bosan terhadapku pasti ada, kan?
Bila ini adalah kehidupan terakhir,
Maka kalianlah orang terakhir yang mampu menggores kenangan itu. Sedih, senang, tawa, duka, tangis, haru semua tercampur menjadi satu, seperti kalanya teh yang mampu berteman dengan apapun
Aku yang pahit seperti teh, dan kalian bagai gula atau susu yang menjadikannya lebih "terasa"
Tak kusangka, bisa menemukannya bersama kalian,
Yang akhirnya menemaniku hingga detik ini..
Maaf bila ada banyak hal yang membuat kalian muak,
Maaf bila ada banyak hal yang membuat kalian ingin menjauhiku..
Ketahuilah, bahwa semuanya akan baik-baik saja,
Meski nanti toga telah terpakai,
Meski jarak akan sulit untuk menyatukan hubungan kita..
Suatu saat nanti aku ingin bertemu dengan kalian (lagi)
D'hotel 14
With Love,
Matchanika
Masihkah kalian sehat ketika membaca tulisanku?
Masihkah kalian bisa tertawa saat ini?
Semoga senyum dan kebahagiaan kalian tak pernah terputus.
Tuhan memberkati.
Sudah berapa lama sejak kalian mengenalku?
Dari pertemuan awal pada semester satu kita menginjakkan kaki di bangku kuliah.
Masihkah kalian ingat bagaimana pertama kali kita berkenalan?
Bagaimana kata "hai" menjadi penyambung hubungan kita,
Masihkah kalian ingat betapa tulusnya niat kita untuk berteman?
Teman-temanku..
Tolong jangan pernah ada rasa saling membenci diantara kita.
Seegois apapun pribadi kita masing-masing, aku harap bukanlah beban yang akan menghancurkan segalanya..
Meski kadang rasa kesal menghantui, bahkan menyulut api perang yang sebelumnya tak pernah tersentuh,
Ku mohon, redamlah percikan-percikan kesal itu.
Hilangkanlah niat bermusuhan.
Kita pernah menyebut diri sebagai saudara, kan?
Bila memang ada pertengkaran kecil diantara kita, anggaplah semuanya hanya bumbu yang mampu menambah nikmatnya cerita kita
Percayalah, kalian takkan pernah menemukan kembali keluarga seperti sekarang.
Kita sama-sama dewasa, kan?
Setelah memakai toga, maka takkan ada lagi cerita seperti ini
Kita sama-sama akan melalui masa-masa yang sangat susah,
Ada yang akan mati-matian mengejar karir,
Ada yang niat melanjutkan kembali sekolahnya,
Bahkan ada yang akan melepas masa lajang?
Entahlah.. Harapan tertulusku sebagai bagian dari kalian adalah melihat kalian sukses dimasa yang akan datang.
Masa dimana ketika kita kembali berkumpul, semua telah mencapai mimpinya masing-masing..
Percayalah teman-temanku..
Kalian adalah hal terindah yang pernah ku temui selama duduk dibangku sekolah..
Tak ada cerita paling indah selama hidupku.
Aku tak pernah bisa berbagi kesedihan,
Aku tak pernah bisa berbagi tawa dan canda sebelumnya.
Hanya bersama kalian, aku mampu menjadi gadis yang apa adanya.
Tak peduli sejelek apapun rupaku,
Seburuk apapun tingkahku
Ku rasa, kalian selalu mampu menerimanya..
Ya, meski tak kupungkiri kadang rasa malas dan bosan terhadapku pasti ada, kan?
Bila ini adalah kehidupan terakhir,
Maka kalianlah orang terakhir yang mampu menggores kenangan itu. Sedih, senang, tawa, duka, tangis, haru semua tercampur menjadi satu, seperti kalanya teh yang mampu berteman dengan apapun
Aku yang pahit seperti teh, dan kalian bagai gula atau susu yang menjadikannya lebih "terasa"
Tak kusangka, bisa menemukannya bersama kalian,
Yang akhirnya menemaniku hingga detik ini..
Maaf bila ada banyak hal yang membuat kalian muak,
Maaf bila ada banyak hal yang membuat kalian ingin menjauhiku..
Ketahuilah, bahwa semuanya akan baik-baik saja,
Meski nanti toga telah terpakai,
Meski jarak akan sulit untuk menyatukan hubungan kita..
Suatu saat nanti aku ingin bertemu dengan kalian (lagi)
D'hotel 14
With Love,
Matchanika
Senin, 29 Februari 2016
Bila Hanya Satu Kata
Bli..
Sudah berapa lama sejak kau tahu segalanya?
Sungguh tak pernah terbangkan olehmu, kan?
Ada gadis lancang yang diam-diam menyimpan perasaannya, dalam hingga segalanya terkuak dengan cara yang tak menyenangkan.
Bli..
Sejak perjalanan kita yang terakhir, aku selalu bertanya dalam hati: akankah semua itu adalah awal? Atau hanya akhir dari segala yang telah ku lakukan.
Sayangnya.. Hingga detik inipun aku tak tahu apakah semua ini masih sama atau sudah berakhir.
Kau kini terasa jauh.. Menjauh tak seperti dulu..
Apa yang harus ku lakukan ketika perasaanku masih saja sama.
Kau masih saja datang pertama dalam bangunku, dan pergi paling terakhir dalam tidurku.
Apa yang harus ku lakukan?
Mungkin kau sadar bahwa aku hanyalah gadis naif yang sangat lancang.
Aku bahkan berpikir kau memiliki perasaan yang sama karena perlakuanmu. Itu, membuatku semakin berharap, bli..
Apa yang harus ku lakukan bila kau tiba-tiba menjauh, semakin jauh dan aku semakin merindukanmu?
Haruskah aku yang mencari, lalu menghancurkan gengsi yang semakin tinggi ku bangun?
Haruskah aku menghancurkan tembok pembatas itu demi memelukmu?
Aku sendiri merasa begitu naif
Aku begitu "berharap"
Padahal jelas-jelas kau sama sekali tak menganggapku ada.
Setiap goresan, setiap kata yang ku tulis, setiap suara yang keluar dari bibirku, percayalah bahwa tak mungkin menghindari tentangmu..
Bli..
Bila hanya satu kata yang diberikan kepadaku ketika hari itu tiba,
Aku hanya ingin berkata: MAAF
Sudah berapa lama sejak kau tahu segalanya?
Sungguh tak pernah terbangkan olehmu, kan?
Ada gadis lancang yang diam-diam menyimpan perasaannya, dalam hingga segalanya terkuak dengan cara yang tak menyenangkan.
Bli..
Sejak perjalanan kita yang terakhir, aku selalu bertanya dalam hati: akankah semua itu adalah awal? Atau hanya akhir dari segala yang telah ku lakukan.
Sayangnya.. Hingga detik inipun aku tak tahu apakah semua ini masih sama atau sudah berakhir.
Kau kini terasa jauh.. Menjauh tak seperti dulu..
Apa yang harus ku lakukan ketika perasaanku masih saja sama.
Kau masih saja datang pertama dalam bangunku, dan pergi paling terakhir dalam tidurku.
Apa yang harus ku lakukan?
Mungkin kau sadar bahwa aku hanyalah gadis naif yang sangat lancang.
Aku bahkan berpikir kau memiliki perasaan yang sama karena perlakuanmu. Itu, membuatku semakin berharap, bli..
Apa yang harus ku lakukan bila kau tiba-tiba menjauh, semakin jauh dan aku semakin merindukanmu?
Haruskah aku yang mencari, lalu menghancurkan gengsi yang semakin tinggi ku bangun?
Haruskah aku menghancurkan tembok pembatas itu demi memelukmu?
Aku sendiri merasa begitu naif
Aku begitu "berharap"
Padahal jelas-jelas kau sama sekali tak menganggapku ada.
Setiap goresan, setiap kata yang ku tulis, setiap suara yang keluar dari bibirku, percayalah bahwa tak mungkin menghindari tentangmu..
Bli..
Bila hanya satu kata yang diberikan kepadaku ketika hari itu tiba,
Aku hanya ingin berkata: MAAF
Minggu, 21 Februari 2016
Aku Yang Tak Seharusnya Hadir
Bila ada sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, maka aku sedang mengalaminya.
Perasaan yang seharusnya tak pernah hadir (lagi)
Perasaan yang begitu menyesakkan karena tak kunjung menemukan pelabuhannya, seperti kapal yang terombang-ambing menunggu karam oleh terjangan ombak.
Arus itu telah bermuara pada luka,
Menyisakan bias-bias rindu tiap kali aku mengingatnya..
Dia.. Lelaki yang takkan pernah menggenggam tanganku.
Hallo.. Apa kabar? Ku harap kau sedang tertawa gembira menyambut harimu yang panjang..
Sebelumnya, maafkan karena aku diam-diam menyimpannya sendiri.
Telah lama, hingga sulit dibedakan apakah ini hanya sekadar suka atau aku telah jatuh cinta, padamu lelaki yang mampu membuatku terdiam hanya dengan tatapanmu.
Mengingatmu, sama halnya seperti candu narkotika, membuatku ketergantungan, efeknya mematikan.
Hahaha.. Maaf, Tapi kau lebih dari itu.
Saat melihatmu tersenyum, mengerutkan dahi karena kebingungan ataupun wajah cemberut aku sangat.. Sangat.. Sangat.. Menyukainya.
Sungguh, tak ada yang bisa menggantikannya hingga coretan ini kubuat.
Mungkin kau tak akan percaya, bahkan takkan mau menerima apa yang ku katakan.
Namun, cobalah mengerti.. Selama ini diam-diam aku telah berjuang untukmu, menikmatinya meski tak seperti yang kubayangkan. Tak apa, aku sungguh bahagia.
Kau selalu menganggapnya bisa, kan? Berusaha menolak dan tak mempercayai apa yang kau rasakan, namun beginilah.. Aku hanya berani menulis tanpa berbicara.
Sekali lagi jangan tanya kenapa, karena akupun tak tahu kenapa.
Aku telah berjalan terlalu jauh mengikutimu hingga aku tak tahu jalan untuk pulang.
Meski pada akhirnya aku harus pulang,
Kepulanganku takkan dibumbui penyesalan.
Perasaan yang seharusnya tak pernah hadir (lagi)
Perasaan yang begitu menyesakkan karena tak kunjung menemukan pelabuhannya, seperti kapal yang terombang-ambing menunggu karam oleh terjangan ombak.
Arus itu telah bermuara pada luka,
Menyisakan bias-bias rindu tiap kali aku mengingatnya..
Dia.. Lelaki yang takkan pernah menggenggam tanganku.
Hallo.. Apa kabar? Ku harap kau sedang tertawa gembira menyambut harimu yang panjang..
Sebelumnya, maafkan karena aku diam-diam menyimpannya sendiri.
Telah lama, hingga sulit dibedakan apakah ini hanya sekadar suka atau aku telah jatuh cinta, padamu lelaki yang mampu membuatku terdiam hanya dengan tatapanmu.
Mengingatmu, sama halnya seperti candu narkotika, membuatku ketergantungan, efeknya mematikan.
Hahaha.. Maaf, Tapi kau lebih dari itu.
Saat melihatmu tersenyum, mengerutkan dahi karena kebingungan ataupun wajah cemberut aku sangat.. Sangat.. Sangat.. Menyukainya.
Sungguh, tak ada yang bisa menggantikannya hingga coretan ini kubuat.
Mungkin kau tak akan percaya, bahkan takkan mau menerima apa yang ku katakan.
Namun, cobalah mengerti.. Selama ini diam-diam aku telah berjuang untukmu, menikmatinya meski tak seperti yang kubayangkan. Tak apa, aku sungguh bahagia.
Kau selalu menganggapnya bisa, kan? Berusaha menolak dan tak mempercayai apa yang kau rasakan, namun beginilah.. Aku hanya berani menulis tanpa berbicara.
Sekali lagi jangan tanya kenapa, karena akupun tak tahu kenapa.
Aku telah berjalan terlalu jauh mengikutimu hingga aku tak tahu jalan untuk pulang.
Meski pada akhirnya aku harus pulang,
Kepulanganku takkan dibumbui penyesalan.
Ada banyak kenangan takkan pernah bisa ku hapus meski aku kehilangan segalanya. Takkan pernah.
Sampai saat inipun masih sulit ku terima karena aku merasa semuanya seperti mimpi.
Masih melekat bagaimana senyumku yang tak pernah pudar saat itu. Sungguh membahagiakan karena tak pernah terpikirkan sekalipun olehku.
Aku tahu ini akan menjadi yang pertama dan terakhir. Terimakasih untuk segalanya, terimakasih untuk kenangannya, terimakasih untuk rindu yang menghampiriku setiap hari, serta mimpi tentangmu yang tak pernah absen mendatangi malamku.
Semoga kau bahagia ❤
Dariku gadis yang hanya mampu melihatmu dari jauh..
Irma Arnika.
Langganan:
Postingan (Atom)