Sabtu, 30 Juli 2016

Adakah DIA?

Sudah berulang kali aku pernah merasakan perasaan yang sama. Saat pipiku merona bila melihat tatapannya, saat jantungku berdegup kencang bila berada didekatnya.
Jatuh cinta..
Iya! Perasaan itu, yang begitu indah menghiasai hatiku. Perasaan yang membangkitkan semangatku, bahwa aku bisa hidup karenanya.
Cinta.. Kata orang buta, tidak pernah mau tahu kekurangan orang yang dicinta, seburuk apapun akan terlihat sempurna.
Ya benar, cinta telah menguasai, menutupi segenap logika manusia.
Bahkan, kebohongan secuilpun tak masalah karena alasan cinta.
Sampai saat ini, cinta menjadi alasan kenapa maaf masib bisa diterima,
Menjadi alasan kenapa kesempatan itu datang berulang kali.

Aku jatuh cinta pada orang yang salah.

Awalnya aku kira ini adalah hubungan terakhir. Aku yakin pada hatiku yang sudah memilhnya. Aku percaya bahwa dia tidak seburuk orang-orang dulunya datang dan pergi (termasuk kamu yang datang namun belum bisa pergi dari hati kecilku #n)
Segalanya, ku kira akan sempurna seperti mimpiku.

Aku mulai membuka hati untukmu.

Karena aku yakin masalalumu sudah benar-benar kamu iklaskan, maka aku berani menerimamu, mengisi hari-hariku, berkenalan dengan kebiasaanmu dan masuk kedalam duniamu.
Ya, aku sangat terbiasa.
Perasaan itu semakin tumbuh, hingga sayang untuk ditinggalkan.

Aku rindu kata sayangmu.

Sialnya, segalanya berubah. Aku tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Kenapa kamu berubah secepat itu? Hingga rasanya satu hari berjalan begituuuu lama!
Aku sudah tiga kali bermimpu hal yang sama.
Jangan pernah remehkan feeling perempuan, apalagi dia begitu menyayangimu. Jangan pernah seperti itu lagi.
Kamu yang berkata, jangan meninggalkanmu hanya karena mimpi itu.
Hahhaa sayangnya mimpi itu adalah jawaban dari setiap keresahannku.


Terimakasih untuk semuanya.


Aku tidak pernah membencimu. Sungguh, sayang itu masih saja membuatku merasa rindu. Setiap hari masih memikirkanmu sejujurnya sangat membuatku merasa tersiksa.
Kau disana sedang bahagia bersama masalalumu yang kembali lagi. Kalian bisa tertawa sepuasnya, berbagi kisah setiap saat, saling berpelukan dan saling menggenggam satu sama lain.
Kembali... Aku membereskan semua perasaan itu sendiri,
Menyapu dan menggosok hingga kembali bersih seperti semula.
Sayangnya.. Angin selalu menerbangkan debu rindu, dimana sisa-siaa puing perasaan itu terbang, jatuh, membuat rumahku kembali kotor.
Lagi dan lagi, aku membersihkannya sendiri.


Kenapa aku bisa sebodoh ini?

Seharusnya, dari awal aku tahu, kamu sama sekali tidak tulus mengatakan sayang. Kamu sama sekali tidak tulus mengatakan kamu merindukanku. Bahkan, aku tahu itu sangat sulit untukmu.
Aku pernah berkata bahwa kamu harus selaku jujur, kan?
Terimakasih atas segala kejujuranmu, meski menyakitkan akan ku telan.
Demi kamu agar bahagia bersama wanita itu.

Apa yang harus aku lakukan?

Tidak ada. Aku tidak mungkin mengemis padamu agar kamu kembali. Itu sama saja aku melukai kembali diri ku, kan
Aku terima dan merelakan saja kamu dengannya yang lebih mampu menawarkan kebahagiaan yang tidak mungkin mamu dapat bila bersamaku.

Setelah ini, apa aku percaya cinta?

Aku perlu waktu untuk mampu menerima,
Setiap penerimaan perlu proses yang berat. Meski saat ini, ketika aku mendengar kata cinta, rasanya begitu omong kosong.
Aku jadi ragu, apakah ada yang benar-benar tulus mencintaiku meski tahu keadaanku yang sesungguhnya.
Aku rasa tidak. Tidak ada yang benar-benar bisa berlaku seperti itu.
Aku tidak menyalahkan siapun atas apa yang aku rasakan,
Kembali ke pangkuan Tuhan, menangis dan akhirnya tersenyu.

Terimakasih untuk segalanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar