Selasa, 21 April 2015

Dilema Kertas yang Tak Bertemu Pena

Selamat malam..
Bulan malam ini sangat indah, namun tetap saja kalah dengan senyummu.
Suara binatang malam mengganggu ketenanganku, namun hanya sementara. Kaulah yang setiap detik mengusik hidupku.
Malam terlalu gelap saat ini, namun lebih gelap sepiku jika tak bertemu denganmu.

Kau mungkin tak tahu, tak mengerti maksudku menulis ini.
Saat raga terpisah #Bukan puluhan, ratusan atau ribuan kilometer, rindu ini selalu saja mendesak butiran-butiran air disudut mataku.
Yah, aku saat ini sedang sakit mata :p

Bila sang rembulan selalu mengharapkan bertemu sang bintang,
Si amplop berharap berdampingan dengan perangko
Aku? ya, kau tahu.. aku berharap kita bertemu.

Selalu ku katakan bahwa kau adalah huruf yang selalu ku susun menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf dan paragraf menjadi sebuah tulisan indah karenamu, ya.. Tulisan yang bercerita seberapa dalam "rasaku".
Namun, jika kau adalah sesuatu yang selalu aku tulis, namun mengapa aku bukanlah sesuatu yang mau kau baca?
Seperti buku yang begitu membosankan walau hanya dengan melirik sampulnya..
Apakah aku seburuk itu? padahal kau belum tentu tahu "isiku" seperti apa.
Kau tak tahu bagaimana tulusnya tulisanku membawamu..
Kau tak tahu seberapa besar harapanku agar bisa bertemu dengan penaku.
Bila aku adalah sebuah kertas, kau adalah pena yang "seharusnya" mau menuliskan cerita bersamaku.
Namun, hingga sekarang aku bahkan masing meraba untuk dapat ditulis olehmu, dan bisa dibaca olehmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar