Kamis, 16 Juli 2015

Penantian

Lalu..
Bagimana caranya agar kau tahu,
Berbagai cara telah ku lalui untuk kisah kita,
Namun, rasa itu tak pernah hadir menjawab segala penantianku.

Menunggu,
Sesuatu yang seharusnya telah ku lepas sejak lama..
Terasa menyakitkan, bukan?
Ketika bibir tidak dapat berucap..
Ketika jari tak dapat menggenggam..
Ketika telinga tak lagi mampu mendengar
dan ketika hati yang sejuk kini berubah menjadi sebuah kebekuan..

Kemana cinta,
Yang telah kita pendam dalam kebisuan malam yang menggerogoti
Dalam rinai hujan dimana kita pernah tertawa
Dalam dekapan mentari yang begitu menghangatkan..

Kau..
Aku..
Kita yang pernah sama-sama berharap..
Karena ego sang waktu yang tak mau memberi kesempatan..
Karena salah sang takdir yang tak mengizinkan..
Bukan,
Jika kau bilang ini salah cinta..
Cinta ta pernah salah..
Sama halnya ketika peretemuan kita,
Yang pada akhirnya membawa sebuah rasa yang tak terduga..
Rasa yang kini hanya aku yang membawa, pergi, jauh bersama hilangnya setiap detik dalam hembusan napasku..





Untuk sebuah kesalahan,

Irma Arnika 

Minggu, 26 April 2015

Review Novel Nyanyian di Bawah Hujan - a Novel by Risma Ridha Anissa

Kebahagiaan itu ada di langit Sicilia..








Sinopsis:

Bagi Ghita, November berarti kering. Dunia seolah mati.
Setudaknya dunia Ghita. Berarti kesedihan dan kehilangan yang kerap terjadi pada bulan November, membuat Ghita amat membenci bulan kesebelas itu.
Demi mencapai mimpi dan memenuhi wasiat sang nenek, Ghita melakukan perjalanan dari Milan ke Sicilia. Bukan perjalanan yang mudah. Dikejar-kejar orang, dicemooh menjadi bumbu dalam perjalanannya ini.
Hingga pertemuannya dengan Lanzo, si pemuda aneh dan misterius ini mengubah segalanya.
Ghita pun berusaha menapaki November kali ini dan meniti jalan mewujudkan mimpinya selama ini. Mimpi menjadi penyanyi opera seperti sang nenek.
Maka, di bawah rinai hujan, Ghita bernyanyi.
Akankah mimpinya bermain dalam opera terwujud? Apakah pada November kali ini ia harus kehilangan cinta (lagi) ?



*********************************************************************************



Kini, aku dihadapkan pada sebuah kenyataan perih yang harus ku alami...
Kau ... menjadi bintang keberuntungan gadis lain yang memang ditakdirkan untukmu.
Dan aku... hanya perlu menunggu bintang yang lebih terang untuk datang menjemputku.
- Githa Allonza



        Menjadi pemeran utama dalam sebuah opera adalah mimpi seorang gadis bernama Ghita Allonza. Lahir dari rahim seorang pemain opera dan tumbuh dalam dekapan sang nenek yang juga merupakan mantan pemain opera, membuat mimpinya semakin kuat. Namun, tentangan dari sang ayah yang kuat, membuat langkahnya menuju mimpi itu penuh dengan rintangan.
        Lewat surat wasiat sang nenek yang selalu berada dalam dekapannya, mimpi itu kian mendesak untuk dikecap. Petualangan pun dimulai. Setelah sebuah rahasia dari teman semasa kecilnya terungkap, ia kemudian nekat untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Berlari dari pantauan bodyguard sang ayah yang selalu menghalangi langkahnya, hingga terdampar di sebuah tempat yang pada akhirnya membawanya kepada mimpinya..
         Dalam perjalanan yang penuh dengan kesakitan itu, ia bertemu dengan pemuda bernama Lanzo. Pemuda aneh, dingin dan misterius itu berhasil membuat hatinya bergetar dan membuatnya berani berharap, berani meyakinkan hatinya bahwa November tak selalu membuatnya kehilangan, seperti ia kehilangan ibu dan neneknya.
          Novel ke dua karangan Risma Ridha ini banyak bercerita tentang sebuah pencapaian. Sebuah pencapaian untuk menemukan kebahagiaan. Sebuah pengorbanan dan penderitaan yang penuh dengan rintangan. Aku membaca novel ini seperti ikut hanyut bersama kesedihan Ghita yang selalu bermuara pada bulan kesebelas itu. Mengambil setting di daerah terpencil di Italia yang ku tahu bahwa sangat sedikit informasi tentang daerah tersebut, aku kagum dengan alur yang dibuat seolah-olah hidup. Aku bisa bermain di Sicilia karena novel ini.
          Menurutku, konflik yang ada di dalam novel ini menguras pikiran, aku dibuat menerka-nerka dengan kelanjutan kisah mereka. Pada akhirnya, pikiranku sama sekali berbeda dengan kisah yang tertuang didalamnya. Tidak mudah untuk memanipulasi pikiran pembaca. Namun, sebenarnya aku ingin agar mbak risma tidak mengakhiri kisah ini dengan cepat. Aku ingin kisah Ghita lebih panjang dan berakhir sesuai keinginanku. Hahahaha.. ku rasa niat mbak risma baik. Bahwa, segala sesuatu yang kita harapan tidak akan dengan mudah kita dapatkan, sama seperti keinginanku, kan? :p
          Lalu, akankah Ghita berhasil meraih mimpinya sebagai pemeran utama dalam opera? Akahkah ayahnya luluh terhadap mimpi putri kecilnya itu? dan bagaimanakah sebenarnya perasaan Lanzo, si pemuda aneh yang berhasil merebut hatinya? Semoga bulan november kali ini tak membawa kesedihan untuk Ghita. Selamat Membaca! ^^
         





Penggemar Hujan,



Irma Arnika

Selasa, 21 April 2015

Dilema Kertas yang Tak Bertemu Pena

Selamat malam..
Bulan malam ini sangat indah, namun tetap saja kalah dengan senyummu.
Suara binatang malam mengganggu ketenanganku, namun hanya sementara. Kaulah yang setiap detik mengusik hidupku.
Malam terlalu gelap saat ini, namun lebih gelap sepiku jika tak bertemu denganmu.

Kau mungkin tak tahu, tak mengerti maksudku menulis ini.
Saat raga terpisah #Bukan puluhan, ratusan atau ribuan kilometer, rindu ini selalu saja mendesak butiran-butiran air disudut mataku.
Yah, aku saat ini sedang sakit mata :p

Bila sang rembulan selalu mengharapkan bertemu sang bintang,
Si amplop berharap berdampingan dengan perangko
Aku? ya, kau tahu.. aku berharap kita bertemu.

Selalu ku katakan bahwa kau adalah huruf yang selalu ku susun menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf dan paragraf menjadi sebuah tulisan indah karenamu, ya.. Tulisan yang bercerita seberapa dalam "rasaku".
Namun, jika kau adalah sesuatu yang selalu aku tulis, namun mengapa aku bukanlah sesuatu yang mau kau baca?
Seperti buku yang begitu membosankan walau hanya dengan melirik sampulnya..
Apakah aku seburuk itu? padahal kau belum tentu tahu "isiku" seperti apa.
Kau tak tahu bagaimana tulusnya tulisanku membawamu..
Kau tak tahu seberapa besar harapanku agar bisa bertemu dengan penaku.
Bila aku adalah sebuah kertas, kau adalah pena yang "seharusnya" mau menuliskan cerita bersamaku.
Namun, hingga sekarang aku bahkan masing meraba untuk dapat ditulis olehmu, dan bisa dibaca olehmu.

Minggu, 12 April 2015

Rindu yang Seharusnya Tersampaikan

Selamat Pagi Bli..

Apa kabar? ku harap kau baik-baik saja disana.. semoga mimpimu semalam indah, ya.
Kau tahu? saat aku menulis ini, aku benar-benar merindukanmu! Ya, aku tahu dan aku sadar bahwa setiap detik dalam hidupku selalu saja merindukanmu.
Aku merindukan senyum, tawa dan parasmu itu. Kau mampu menenangkanku hanya dengan tatapan hangatmu, bli.

Mungkin ketika rindu ini datang, kau tak pernah merasakannya.
Kau mungkin disana juga sedang merindukan seseorang, namun sayangnya orang itu bukanlah diriku.
Seandainya kau juga menyimpan perasaan rindu yang sama kepadaku, pastilah hati kita saling terkoneksi untuk sama-sama mencari, melabuhkan rindu itu dalam sebuah peristiwa yang disebut pertemuan.

Kau sedang apa sekarang?
Ah, aku bisa gila lama-lama jika selalu merindukanmu.
Setiap saat, bahkan ketika pertama membuka mata, namamu selalu kusebut dan wajahmu selalu ku ingat.
Kau jahat karena selalu berputar-putar didalam kepalaku.
Ah, tapi tak apa! segala sesuatu yang kau lakukan selalu indah dimataku. apapun itu, seperti yang selalu saja aku katakan, takkan pernah buruk, walaupun itu menyakiti hatiku.

Sebenarnya, bagaimana dirimu, bli?
Kau tahu, bahkan kau sangat mengerti,
namun mengapa rindu ini hanya bisa berlalu begitu saja tanpa bisa berlabuh?


Aku selalu berharap bahwa kau bukan hanya sekedar mimpi, bukan hanya sekedar kata yang selalu ku goreskan dalam setiap tulisanku.
Jauh daripada itu, aku berharap bahwa aku akan menjadi seseorang yang selalu kau baca.
Seperti kertas yang tak berguna bila tanpa pena.
Dan kau adalah pena yang selalu aku rindukan...






Ketika aku merindukanmu,


Irma Arnika NW

Kamis, 12 Februari 2015

Review Novel - Rindu Untuk Daisy a Novel by Triya Alrome








 “Setiap jengkal dalam hidup kita hanya berkisah tentang kehilangan. Tak pantas jika kita takut saat menghadapi kehilangan.”

Daisy, gadis pemilik senyum yang sahaja itu merasa dipecundangi oleh hidupnya. Ia begitu jengah dengan rasa kehilangan. Hingga Danar, lelaki asing yang entah mengapa terasa begitu akrab, mengajarinya tentang makna lain sebuah kehilangan.



                                                      ***


            Hidup memang tak selamanya berjalan sesuai dengan yang kita impikan. Ada saja masalah yang datang silih berganti tanpa kita inginkan, tanpa kita bayangkan akan terjadi dalam hidup kita. Seperti Daisy dalam novel ke-3 karangan Triya Alrome ini. Ya, betapa setiap jengkal kehidupannya terasa menyakitkan. Dimulai dari keadaan rumah yang tak harmonis dan berujung dengan perceraian kedua orang tuanya, Daisy harus tegar karena ada Nicko, adik bungsu yang amat ia sayangi, masih begitu memerlukan figurnya dalam menjalani masa kecilnya.
            Sejak saat itu petualangan Daisy dimulai. Memutuskan untuk hengkang dari rumah ibunya yang telah menikah dengan pria lain, ia berusaha tegar menjalani kerasnya hidup. Bersusah payah membanting tulang untuk makan dan kuliah. Tentu semuanya tak berjalan dengan lancar. Semuanya terasa menyakitkan baginya. Nilai yang merosot turun dan mengancam beasiswanyapun dirasakan. Hingga akhirnya..
            Danar, ya.. pemuda yang entah mengapa bisa masuk sedikit demi sedikit kedalam kehidupan Daisy, perlahan-lahan membuka semangatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Saat itu ia mulai mengubah kehidupannya, mengejar beasiswanya kembali, serta berusaha mewujudkan cita-citanya yang hampir terlupakan. Lelaki itu mengajarkannya banyak hal. Lelaki itu pula yang mengajarkannya makna lain dari sebuah kehilangan. Kehilangan yang terjadi setelah segala sesuatunya terungkap.
            Ini kisah tentang cinta, rintangan, kesedihan dan kepercayaan. Sebuah kehilangan yang membuatmu percaya bahwa takdir untuk bahagia tak selamanya berada pada apa yang kau mau. Tuhan selalu memberimu apa yang kau butuhkan, bukan yang kau inginkan. Setelah membaca novel ini kau akan mengerti bahwa kehilangan itu selalu terjadi kepada kita, seperti kita kehilangan setiap detik dalam hidup kita. Detik itu pula akan berganti dengan detik-detik yang baru, yang akan membentuk sebuah cerita baru dalam kehidupanmu.
            Untuk kau yang merasa dirimu tak sanggup menghadapi kehilangan dalam hal apapun, ku sarankan membaca novel ini. Seperti aku yang akhirnya mengerti bahwa sebuah kehilangan pasti akan terganti dengan hal-hal baru yang tentunya adalah kebagaiaanmu. Kehilangan ibaratkan pertemuan yang ujungnya juga akan berakhir dengan perpisahan. Jadi, jika kau ingin membaca novel ini, bersiap-siaplah untuk memaknai hal lain dari sebuah kehilangan. Siapkan tisu karena kisah Daisy benar-benar menguras emosi.


“Kau tak akan merasa memiliki, sebelum kau menemukan kehilangan – untuk kehilangan yang ditemukan.”


Selamat membaca, semoga kau suka “Rindu Untuk Daisy”





                                                                                                                                    Salam,




                                                                                                                                    Irma Arnika

Selasa, 13 Januari 2015

Jatuh Cinta

Sebuah catatan.. sebuah goresan tak penting untuk seseorang yang takkan pernah termiliki...


Pandangan itu selalu memenuhi setiap jengkal memory dipikiranku..
Kau tahu? Seberapa kuatpun kucoba untuk menepisnya, membuang jauh-jauh perasaan yang tak seharusnya kurasakan, semuanya percuma.
Kau selalu saja menampakkan seriap jengkal keindahanmu..
Suara, tawa dan semua garis-garis indah yang membentuk senyum itu telah melekat walau kenyataan pahit itu telah meruntuhkan perasaanku dan seluruh harapan yang dengan lancangnya kurangkai.

Aku tak pernah menyangka hanya dengan sebuah tatapan hangatmu telah membuatku jatuh cinta..
Jatuh cinta pada pandangan pertama..
Jatuh cinta yang tak pernah aku rencanakan sebelumnya..
Awalnya aku tak mengerti mengapa ini semua terjadi..
Semua mengalir begitu saja, sama seperti ketika kita bertemu..

Saat seseorang berkata bahwa kau telah memiliki seseorang yang berarti dihidupmu, aku terluka karena perasaan menyebalkan ini.
Aku memang mengagumi mu..
Aku mengagumi segala tindakanmu, segala yang kau lakukan ...
Aku tahu aku lancang telah mencintaimu, mengagumi mu tanpa berani mengungkapkan semuanya..
Namun aku hanya wanita.. wanita yang takkan pernah ada dipikiranmu apalagi dihatimu..
Maafkan aku..

Jika boleh aku mengulang segalanya.. aku lebih memilih tak tahu kenyataan yang sebenarnya..
Aku tak ingin tahu siapa perempuan beruntung itu..
Aku ingin egois sekali saja demi kebahagiaanku sendiri..
Biarlahh hati ini selalu berharap dan jiwa ini bermimpi untuk memilikimu..

Kau takkan pernah tahu mengapa aku berani menulis catatan yang lancang ini..
Kau takkan pernah mengerti karena kau tak merasakan apa yang kurasakan..

Maafkan aku sekali lagi..
Hanya catatan ini yang mampu menceritakan segalanya..
Segala pertemuan singkat, kesan pertama yang berujung pada cinta pada pandangan pertama..
Terimakasih karena kau telah berhasil membuatku bahagia sejenak dan mengajariku kembali tentang arti patah hati..



Rabu, 14 Januari 2014
LOVE, 


Irma Arnika

Jumat, 09 Januari 2015

Kangen Itu?

Jika kalian mendengar kata kangen, apa sih yang terlintas pertama kali didalam benak kalian?
Ingin melihat hal yang dikangenin?
Cukup lihat fotonya aja?
Cari sumber yang bikin kangen?
Ngumpat-ngumpat gak jelas karena kangen gak pada saatnya?
atau cuma bisa bilang "Aku kangen.." tanpa tahu apa yang harus dilakukan.

Kadang aku sendiri berpikir kenapa didunia ini harus ada rasa yang disebut kangen.
Rasa yang menyebalkan karna sesuatu yang dikangenin itu gak selalu bisa kita lihat, apalagi kita sentuh.
Kangen itu ibarat langit sama bumi, mereka ada dalam satu tempat yang sama tapi mereka terpisahkan.
Atau mungkin kangen itu kayak minyak dan air, gak bisa bersatu tapi bisa berdampingan *korbaniklaan* hahaha *lupakan.

Karena kangen sendiri kebanyakan yang dikangenin itu adalah sesuatu yang benar-benar gak kita miliki lagi. Pernah bersama kita, namun harus terpisah karena takdir. Padahal kalau dipikir-pikir takdir juga ya yang bikin kita ngerasa kangen pada "sesuatu" itu.

Banyak mungkin yang lebih memilih memendam rasa kangen itu untuk dinikmati sendiri apalagi kalau gengsi berbicara. Habis deh tu makan hati gara-gara kangen yang gak terealisasikan. :p hihiii..

Kita bijak memahami sebarnya apa sih yang kita kangen, kenaapa sih kita kangen sama dia?
kangen itu sama seperti kita jatuh cinta. Gak perlu alasan untuk merasakannya, apalagi kangen yang direncanain. Kangen itu memang selalu datang disaat yang gak pernah kita duga sebelumnya dan paling sering terjadi kepada "sesuatu" yang paling gak diharapkan untuk dikangenin.




Kangen itu menyebalkan, ya?

Ah, gak selalu!

Kangen itu mengajarkanmu bahwa segala sesuatu didunia ini berharga. Kamu akan merasa bahwa hal terburuk sekalipun sangat berarti bagimu ketika kamu enggak bersamanya lagi.
Kangen itu akan membuka mata dan hatimu untuk bergerak memaafkan dan meminta maaf atas "sesuatu" yang gak ingin kamu sentuh lagi, walau hanya seujung jari.
Percaya deh, kalau kamu merasa kangen apalagi dikangenin... hidupmu rasanya lebih sempurna karena kamu adalah orang-orang pilihan yang dipilih Tuhan untuk merasakan perasaan itu.

Nikmati rasa kangenmu, pupuk ia sehingga akan tumbuh dan berbuah sesuatu yang terbaik.


"Untuk seseorang yang selalu hadir dalam rasa kangen pada saat-saat yang gak pernah aku inginkan. Percayalah.. segala perlakuan baik maupun burukmu sudah ku maafkan karena ternyata rasa kangen ini mendesak hati kecilku untuk mengingatmu. Baik-baik terima kangenku ya..."


Kuta, 9 Januari 2015
Miss,

Irma Arnika




Selasa, 06 Januari 2015

Waiting Sunset at My Home Sweet Home

Ketika kita menunggu keindahan goresan karya sang Pencipta yang agung, semuanya terasa menyenangkan.
Sungguh indah kuasa Tuhan..
Apakah kau akan melewatkannya???





































Photos by: @irmaarnika