Jumat, 08 Mei 2020

Apakah Aku Gila?

Baiklah,
Hari ini masih sama seperti kemarin. Dunia membosankan, tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain rebahan.

Aku selalu merasa aku ini gila. Hhhmm.. benarkah? Atau sesungguhnya orang-orang disekelilingku yang punya kelainan mental.

Apakah aku gila?

Kenapa orang-orang sangat mudah mengubah emosi mereka?
Sekarang tertawa, merasa bahagia. Namun sesaat kemudia bisa emosi, marah, mengumpat dan memaki-maki.

Apakah aku gila?

Kenapa mereka tidak bisa merasa hidup ini sangat berharga? Apakah hanya aku yang merasa diberkati setiap hari? bukan hanya ketika aku bahagia, rejeki datang, namun setiap hal buruk dan masalah yang berhasil aku lalui, hikmah apa saja yang aku terima dalam setiap hidupku, Aku benar-benar merasa bersyukur dan semuanya terasa sangat cukup.

Kenapa mereka selalu merasa hidupnya paling susah?
Disaat kami masih bisa makan nasi dengan lauk dan sayur meski hanya soup tumis dengan telor atau tempe. Padahal di luar sana masih banyak yang kelaparan.

Kenapa mereka merasa hidupnya melarat, hanya karena tidak bisa membeli sebungkus rokok yang bahkan tidak bisa membuat satu keluarga kenyang? Padahal di luar sana ada yang tidak bisa bangun karena sakit parah.

Kenapa sih, mereka selalu ribut untuk hal-hal kecil dan berbicara banyak hal sepanjang hari? Apa mulut mereka diciptakan oleh Tuhan seperti mesin yang harus bekerja sepanjang hari? hhm bahkan mesin bisa rusak karena terlalu sering digunakan.

Kenapa mereka selalu membahas hutang, tagihan listrik dan air, lalu makanan di dapur yang itu-itu saja, sedangkan yang menanggung semua itu bukan mereka. Kenapa mereka selalu merasa dirinya yang paling berkorban padahal tidak lagi.

Aku suka bertanya pada diriku sendiri. Apa di dunia ini yang punya perasaan seperti ini hanya aku? Apakah yang sudah aku lalukan sejauh ini belum cukup? Apakah aku sama sekali tidak bisa membanggakan mereka, alih-alih membahagiakan mereka?

Aku suka bertanya pada diriku sendiri, apakah menjadi orang tua adalah sebuah pekerjaan yang membebaskanmu melakukan dan berkata apapun yang kamu inginkan? sedangkan kamu yang memilih untuk menjadi mereka.

Aku suka bertanya pada diriku sendiri, kenapa orang-orang selalu bertanya, kapan nikah? udah lama pacaran belum nikah!  Kapan mau ngasi orang tua mu cucu? semua temen-temenmu udah nikah.

Apa menikah adalah satu-satunya acara untuk menjadi bahagia? apakah kamu hanya hidup untuk menikah? kenapa tidak mematok sesuatu yang lebih realistis sebelum memulai sebuah pernikahan?
Apakah mereka yang menikah sudah benar-benar siap menjadi orang tua?
Apakah mereka siap mendidik dengan baik, menjadikan anak mereka kelak orang yang berguna bukan hanya untuk mereka, namun untuk semua orang.

Apakah aku siap menjadi seorang istri? sedangkan aku saja masih bangun siang.
Apakah aku siap menjadi menantu? sedangkan aku saja masih suka berdebat dengan orang tua ku
Apakah aku siap menjadi ibu? sedangkan aku tidak bisa berhenti mengganggu adikku.

Aku hanya takut, salah tempat.
Aku hanya takut, bahwa tujuan ku menikah adalah karena aku tidak ingin merasa kesepian waktu tua nanti
Aku hanya takut bahwa besok anak-anakku tidak bahagia karena mereka harus menanggung hutang ku, lalu menghidupiku sampai mati.
Aku hanya takut meruntuhkan mimpi mereka dengan semua ketidaksetujuanku, tentang sekolah, tentang pekerjaan, tentang hoby bahkan tentang pasangan hidup mereka nanti.
Aku.. hanya takut tidak mampu menjadi orang tua yang baik, lalu pada akhirnya hanya akan di benci oleh anak-anakku.

Apakah aku gila?
Karena saat ini aku sangat lelah bicara
Aku malas berdebat untuk hal-hal yang tidak dapat diterima orang lain
Aku malas mendengar suara keras, berteriak, memaki, mengumpat, semua bahasa kasar dan isi kebun binatang keluar, hanya karena masalah buang sampah sembarangan.

Apakah aku akan menjadi orang tua yang kejam?

Bagaimana kalau sekarang aku membangun mind set ku sendiri? memenuhi pikiranku dan alam bawah sadarku, bahwa aku harus mampu menjadi orang tua yang baik, orang tua yang bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya.
menjadi ibu yang merupakan cinta pertama anak nya
menjadi ayah yang merupakan cinta pertama putrinya

sepertinya pepatah yang mengatakan bahwa ayah dan ibu adalah cinta pertama anak-anaknya, tidak akan pernah terjadi tanpa memory yang baik, dan tidak akan pernah terjadi jika kita selalu kasar, selalu mengumpat dan tidak bisa bersyukur atas apapun yang terjadi di hidup kita sebagai orang tua.

Semoga, yang terjadi saat ini tidak akan pernah terulang untuk anak-anakku kelak.
semoga Tuhan memberiku kekuatan dan pasangan yang baik, akhlak, pikiran, religius dan berjiwa besar. tidak lupa, pekerja keras dan selalu bersyukur atas apa yang akan kami dapatkan kelak.



Sabtu, 9 Mei 2020..