Apa yang paling menakutkan dari jatuh cinta?
Aku hanya takut rasa itu terlalu dalam dan aku mulai tidak menghargai kehadiranmu.
Diawal jatuh cinta, semua terasa luar biasa. Apapun akan kau lakukan demi membuatnya bahagia, padahal kaupun tak pernah berpikir akan melakukan sebelumnya.
Jatuh cinta membuatmu merasa bahwa dia adalah sumber kebahagiaan. Tanpanya, duniamu seperti matahari yang tertutup awan, kelabu.
Semakin dalam perasaan, semakin tinggi pula ekspektasi yang kita targetkan untuknya.
Dulu, sebelum rasa itu ada semuanya bisa dilakukan sendiri. Makan sendiri, belanja sendiri, bahkan nonton ke bioskop sendiri.
Aku yang biasa pergi ke toko buku berjam-jam sendiri, akhirnya tak pernah ku lakukan lagi.
Kaupun sama. Dulu yang masih bisa hangout bersama teman-temanmu tanpa ada yang merengek minta ditemani, kini sudah tak bisa kau lakukan sebebas dulu.
Bukannya mengekang. Jatuh cinta hanya membuat kita merasa "jangan membuatnya tak nyaman" meskipun, kita harus rela mengesampingkan apa yang sudah kita miliki, apa yang biasa kita lakukan, dan bahkan teman-teman dihidup kita.
Menurutku, tidak ada yang salah untuk itu. Semua orang punya porsi jatuhcinta nya yang berbeda-beda. Mereka punya cara sendiri untuk menunjukkan kecintaan mereka. Bukankah Tuhan sangat adil?
Namun, kadang aku merasa takut.
Disaat aku begitu mencintai, nyatanya kau justru ingin menyudahi. Terutama jika hal-hal kecil yang biasa kita lakukan, sekarang jadi terlupakan.
Yang aku ragukan, jarak nyatanya membuat perasaanmu terkikis, perjuangan yg selama ini kita lakukan bersama, jadi bukan apa-apa.
Mungkin ini fase dimana saatnya kamu yang mulai bosan dengan kebiasaan kita, dan aku yang masih terlalu menggebu-gebu dalam menjalaninya.
Namun, yang paling aku takutkan, disaat seperti ini ada orang ketiga yang hadir diantara hubungan kita. Takut bila ada waktu dimana kamu menghianatiku, dan membagi perasaanmu. Lalu aku masih tetap mencintaimu, padahal kau sudah tidak merasakannya lagi.
Cemburu?
Katakan saja iya. Bahkan dengan orang-orang terdekatmu saja aku bisa merasa cemburu. Kau yang memiliki waktu lebih banyak dengan mereka, tapi selalu merasa kurang. Waktu yang sedikit bersamaku, terasa begitu cukup.
Kini kau tidak pernah lagi berucap setiap kali kita berada diujung pertemuan, kau dulu sering bekata bahwa waktu kita kurang, kau tidak ingin berpisah denganku, dan.. Dan pada akhirnya membuatku menjadi terbiasa menerima perasaan begitu.
Terlalu banyak hal-hal yang berubah. Aku terlalu sering merengek meminta waktumu, padahal aku tahu, kau tidak ingin bertemu, kau hanya ingin dengan yang lain, bukan aku. Maafkan aku karena selalu merasa merindukan, dan ini menjadi beban.
Entahlah, aku takut. Takut kalau setiap pertengkaran kita adalah akhir dari hubungan kita. Takut kalau ternyata bukan kamu yang menjadi jodohku, seperti yang selalu aku yakini dari dulu.
Mungkin aku terlalu mengekang rasa. Aku terlalu membatasi hidupmu.
Tapi apakah hanya aku? Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu berusaha mengubah aku menjadi sosok yang kamu mau. Lalu aku menuruti semuanya tanpa protes, karena aku tahu apapun yang terbaik, adalah datang dari ucapanmu.
Lama-lama aku paham, bahwa suatu hari aku harus siap dengan perpisahan. Karena egoku, atau karena memang kita tidak bisa menyatu atau berdampingan.
Yang aku tahu, yang selalu aku pikirkan adalah bagaimana cara membuatmu senang, meski banyak hal-hal yang ku korbankan, dan kau tak pernah tahu itu.
20.30