terimakasih karena telah datang meski sejak subuh tadi, alam tidak mau berdamai dengan derasnya hujan yang menari..
akhirnya, malam ini kembali seperti malam-malam sebelumnya.
Bolehkan aku bercerita sedikit? tentang perasaanku, tentang pikiran dan beban yang akhir-akhir ini datang.
Aku takut? Iya, sangat takut. Aku takut dengan datangnya perpisahan itu.
Bayangkan, perlahan tidak ada lagi perbincangan singkat sekedar "Selamat pagi, semangat!" yang menghiasi layar ponselku.
Perlahan, tidak ada lagi percakapan tidak penting namun menjadi penting bila dibahas bersama.
Sudah tak ada lagi gosip-gosip dan curhatan-curhatan menyesakkan, bahkan berbagi kebahagiaan..
seperti yang selalu aku bilang, hal paling mengejamkan di dunia ini adalah waktu,
dia takkan pernah mau kembali, tidak mau menunggu dan berjalan sesuka hatinya. Waktu mengubah segalanya, bahkan janji yang dahulu tegas didengungkan.
Salahkan bila hanya aku yang terlebih dulu merasakan?
Salahkan bila perlahan satu persatu mulai malas dengan perbincangan yang monoton, tidak penting, tidak menarik lagi untuk dibahas.
aku memang bertingkah layaknya anak kecil, merengek, mengharapkan belas kasihan,
Untuk apa? untuk kita.
Mungkin kalian hanya akan berpikir aku terlalu manja, egois dan tidak mengerti keadaanmu. Kita sama-sama sibuk, ya aku sadar, karena ini adalah waktu untuk mulai berpikir kedepan, bukan hanya sekedar tertawa, bersenang-senang tanpa berpikir apapun.
Tapi aku rasa sekarang sudah tidak ada yang merasa kesepian lagi, semua telah berkawan kembali, dengan orang yang lebih menyenangkan
sehingga waktu yang dulu juga ikut beranjak dari sisiku..
tinggallah aku yang belum bisa seperti itu,,,
tinggallah aku yang meratapi dan berpikir tentang kita...
tinggallah aku yang diam-diam terisak saat merindukan masa-masa bersama kalian..
tinggallah aku yang sibuk mencari cara agar menemukan perhatian kalian..
tinggallah aku yang menjadi perasa seorang diri, seperti orang bodoh
Saat ini, semuanya telah berubah, ya aku sadar bahwa tidak ada yang mampu dipaksakan, tidak ada yang mampu diulang kembali, karena tidak ada yang abadi,
hanya saja, aku merasa iba dengan diriku sendiri, mengapa seperti ini?
nyatanya kalian sangat kompak, masih bisa berdiam diri, mendiamkanku yang berteman dengan sepi.
Nyatanya, kehadirannya dihidupku juga lama-lama ku pertimbangkan, apakah dia juga akan seperti kalian?
dan aku tahu saat ini sudah mulai berubah.
lalu kepada siapa aku harus berkisah? bila cerita hanya dianggap sampah, bila sapaan hanya sekedar formalitas,
aku sesungguhnya hanya ingin didengar, diamlah disampingku, dengarkan aku bercerita, aku tidak akan meminta lebih, hanya lakukan apa yang biasa aku lakukan ke kalian.
meski caraku seperti ini, percayalah.. aku sangat merindukan kalian..