Baiklah,
Hari ini masih sama seperti kemarin. Dunia membosankan, tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain rebahan.
Aku selalu merasa aku ini gila. Hhhmm.. benarkah? Atau sesungguhnya orang-orang disekelilingku yang punya kelainan mental.
Apakah aku gila?
Kenapa orang-orang sangat mudah mengubah emosi mereka?
Sekarang tertawa, merasa bahagia. Namun sesaat kemudia bisa emosi, marah, mengumpat dan memaki-maki.
Apakah aku gila?
Kenapa mereka tidak bisa merasa hidup ini sangat berharga? Apakah hanya aku yang merasa diberkati setiap hari? bukan hanya ketika aku bahagia, rejeki datang, namun setiap hal buruk dan masalah yang berhasil aku lalui, hikmah apa saja yang aku terima dalam setiap hidupku, Aku benar-benar merasa bersyukur dan semuanya terasa sangat cukup.
Kenapa mereka selalu merasa hidupnya paling susah?
Disaat kami masih bisa makan nasi dengan lauk dan sayur meski hanya soup tumis dengan telor atau tempe. Padahal di luar sana masih banyak yang kelaparan.
Kenapa mereka merasa hidupnya melarat, hanya karena tidak bisa membeli sebungkus rokok yang bahkan tidak bisa membuat satu keluarga kenyang? Padahal di luar sana ada yang tidak bisa bangun karena sakit parah.
Kenapa sih, mereka selalu ribut untuk hal-hal kecil dan berbicara banyak hal sepanjang hari? Apa mulut mereka diciptakan oleh Tuhan seperti mesin yang harus bekerja sepanjang hari? hhm bahkan mesin bisa rusak karena terlalu sering digunakan.
Kenapa mereka selalu membahas hutang, tagihan listrik dan air, lalu makanan di dapur yang itu-itu saja, sedangkan yang menanggung semua itu bukan mereka. Kenapa mereka selalu merasa dirinya yang paling berkorban padahal tidak lagi.
Aku suka bertanya pada diriku sendiri. Apa di dunia ini yang punya perasaan seperti ini hanya aku? Apakah yang sudah aku lalukan sejauh ini belum cukup? Apakah aku sama sekali tidak bisa membanggakan mereka, alih-alih membahagiakan mereka?
Aku suka bertanya pada diriku sendiri, apakah menjadi orang tua adalah sebuah pekerjaan yang membebaskanmu melakukan dan berkata apapun yang kamu inginkan? sedangkan kamu yang memilih untuk menjadi mereka.
Aku suka bertanya pada diriku sendiri, kenapa orang-orang selalu bertanya, kapan nikah? udah lama pacaran belum nikah! Kapan mau ngasi orang tua mu cucu? semua temen-temenmu udah nikah.
Apa menikah adalah satu-satunya acara untuk menjadi bahagia? apakah kamu hanya hidup untuk menikah? kenapa tidak mematok sesuatu yang lebih realistis sebelum memulai sebuah pernikahan?
Apakah mereka yang menikah sudah benar-benar siap menjadi orang tua?
Apakah mereka siap mendidik dengan baik, menjadikan anak mereka kelak orang yang berguna bukan hanya untuk mereka, namun untuk semua orang.
Apakah aku siap menjadi seorang istri? sedangkan aku saja masih bangun siang.
Apakah aku siap menjadi menantu? sedangkan aku saja masih suka berdebat dengan orang tua ku
Apakah aku siap menjadi ibu? sedangkan aku tidak bisa berhenti mengganggu adikku.
Aku hanya takut, salah tempat.
Aku hanya takut, bahwa tujuan ku menikah adalah karena aku tidak ingin merasa kesepian waktu tua nanti
Aku hanya takut bahwa besok anak-anakku tidak bahagia karena mereka harus menanggung hutang ku, lalu menghidupiku sampai mati.
Aku hanya takut meruntuhkan mimpi mereka dengan semua ketidaksetujuanku, tentang sekolah, tentang pekerjaan, tentang hoby bahkan tentang pasangan hidup mereka nanti.
Aku.. hanya takut tidak mampu menjadi orang tua yang baik, lalu pada akhirnya hanya akan di benci oleh anak-anakku.
Apakah aku gila?
Karena saat ini aku sangat lelah bicara
Aku malas berdebat untuk hal-hal yang tidak dapat diterima orang lain
Aku malas mendengar suara keras, berteriak, memaki, mengumpat, semua bahasa kasar dan isi kebun binatang keluar, hanya karena masalah buang sampah sembarangan.
Apakah aku akan menjadi orang tua yang kejam?
Bagaimana kalau sekarang aku membangun mind set ku sendiri? memenuhi pikiranku dan alam bawah sadarku, bahwa aku harus mampu menjadi orang tua yang baik, orang tua yang bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya.
menjadi ibu yang merupakan cinta pertama anak nya
menjadi ayah yang merupakan cinta pertama putrinya
sepertinya pepatah yang mengatakan bahwa ayah dan ibu adalah cinta pertama anak-anaknya, tidak akan pernah terjadi tanpa memory yang baik, dan tidak akan pernah terjadi jika kita selalu kasar, selalu mengumpat dan tidak bisa bersyukur atas apapun yang terjadi di hidup kita sebagai orang tua.
Semoga, yang terjadi saat ini tidak akan pernah terulang untuk anak-anakku kelak.
semoga Tuhan memberiku kekuatan dan pasangan yang baik, akhlak, pikiran, religius dan berjiwa besar. tidak lupa, pekerja keras dan selalu bersyukur atas apa yang akan kami dapatkan kelak.
Sabtu, 9 Mei 2020..
Sebagian Duniaku
Menulislah karena kamu suka membaca. Membacalah karya orang lain sebelum orang lain membaca karyamu.
Jumat, 08 Mei 2020
Jumat, 12 April 2019
Masih Bersama
Hi bi..
Iya kamu, yang saat ini sedang ngopi sambil stalkerin IG mantan hahaha
Apa kabar? Mimpi apa semalam?
Semoga bukan mimpi tentang perpisahan, karena yang sekarang saja belum benar-benar mati.
Hai!
Selamat datang di tahun ke-3!
Kata orang-orang, ini adalah tahun-tahun penuh cobaan, bosan, dan hadirnya godaan orang ketiga. Wah! Apa kita bisa melaluinya?
Banyak hal yang berubah dan akupun tidak mengerti kenapa.
Aku merasah bahwa diriku mulai menjauh dari perasaanmu. Entahlah, mungkin semacam lelah dan bosan. Kamu juga ya? Heheh, sama.. kita jodoh dong!😁
Semakin lama, semakin lelah menulis tentangmu. Apa aku sudah berhenti lama dari mencintaimu? Hm aku tidak tahu. Yang aku rasa hanya tidak ingin berpisah denganmu, tidak ingin hubungan ini berakhir, namun aku suka bertanya dalam hati: apakah aku masih mencintaimu?
Ku rasa kamu juga sama. Membosankan bukan menjalani hubungan dengan perempuan galak, cengeng, suka merajuk dan posesif? Hihi maaf bi, saat itu mungkin aku sedang dilanda perasaan cemburu, atau.. Takut kehilangan.
Terima kasih sudah berusaha sejauh ini. Kamu begitu hebat hingga aku tidak rela orang lain menjadi pendampingmu kelak. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk mencintai sampai akhirnya nanti 😊
Terima kasih untuk keluarga mu yang telah menerima ku dengan semua keadaanku, dengan bagaimana aku dibesarkan. Aku tahu bahwa kamu dibesarkan dengan penuh kasih sayang sehingga baktimu kepada mereka demikian, beda denganku 🤐
Setiap hal yang selalu membuatku menangis, bukan karena sedih, namun begitu haru, bahwa masih ada yang berusaha mencintai diriku sepenuh hati. Semoga bukan ilusi.
Tapi kok kamu ngga sering bilang aku cantik sih? Atau sesekali posting fotoku di instagam?
Semoga bukan karena menjaga perasaan orang lain ya 😆
Apa kamu bahagia bi? Bersamaku selama dua tahun dengan keadaan seperti ini?
Jauh
Rindu
Sedih
Marah
Bahagia
Dan air mata yang tidak bisa kita bagi dalam pertemuan.
Hanya sebait kalimat: semangat sayang 😘
Mungkin menurutmu sudah cukup, meski aku ingin lebih dari itu. Aku ingin pertemuan, bukan marahan kalau sedang ditanya kapan bisa ketemu 😁
Aku memang tidak sempurna. Tidak. Sama sekali tidak sempurna. Aku tidak cantik seperti mantan- mantanmu, juga bukan perempuan hebat seperi ibu mu. Tapi yakinlah bahwa soal kesetian dan ketulusan, aku juaranya 😊
Kamupun..
nyatanya laki-laki sepertimu yang membuatku rela bertahan dalam jarak menyebalkan ini.
Hai bi,
Kejar mimpimu, persiapkan dirimu, bahwa banyak mimpi yang harus kita wujudkan bersama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya 😁
Aku tidak peduli dengan Dilan!
Karena akhirnya meninggalkan Milea dan memilih perempuan lain 🙄
Semoga kamu bukan Dilanku yang begitu ya hihi
Bi,
aku tidak tahu apa yang harus ku tulis, karena ternyata memikirkan dan mendoakan kebahagiaanmu adalah sesuatu yang masih ku nikmati hingga kini.
Semoga kita selalu jatuh cinta satu sama lain, dan tidak membiarkan yang lain datang merusaknya.
Happy 2nd Anniversary kangguruku 🌹
Aku menantikan pertemuan itu..
11 April 2019
Yang diposting besoknya,
Irma Arnika
Iya kamu, yang saat ini sedang ngopi sambil stalkerin IG mantan hahaha
Apa kabar? Mimpi apa semalam?
Semoga bukan mimpi tentang perpisahan, karena yang sekarang saja belum benar-benar mati.
Hai!
Selamat datang di tahun ke-3!
Kata orang-orang, ini adalah tahun-tahun penuh cobaan, bosan, dan hadirnya godaan orang ketiga. Wah! Apa kita bisa melaluinya?
Banyak hal yang berubah dan akupun tidak mengerti kenapa.
Aku merasah bahwa diriku mulai menjauh dari perasaanmu. Entahlah, mungkin semacam lelah dan bosan. Kamu juga ya? Heheh, sama.. kita jodoh dong!😁
Semakin lama, semakin lelah menulis tentangmu. Apa aku sudah berhenti lama dari mencintaimu? Hm aku tidak tahu. Yang aku rasa hanya tidak ingin berpisah denganmu, tidak ingin hubungan ini berakhir, namun aku suka bertanya dalam hati: apakah aku masih mencintaimu?
Ku rasa kamu juga sama. Membosankan bukan menjalani hubungan dengan perempuan galak, cengeng, suka merajuk dan posesif? Hihi maaf bi, saat itu mungkin aku sedang dilanda perasaan cemburu, atau.. Takut kehilangan.
Terima kasih sudah berusaha sejauh ini. Kamu begitu hebat hingga aku tidak rela orang lain menjadi pendampingmu kelak. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk mencintai sampai akhirnya nanti 😊
Terima kasih untuk keluarga mu yang telah menerima ku dengan semua keadaanku, dengan bagaimana aku dibesarkan. Aku tahu bahwa kamu dibesarkan dengan penuh kasih sayang sehingga baktimu kepada mereka demikian, beda denganku 🤐
Setiap hal yang selalu membuatku menangis, bukan karena sedih, namun begitu haru, bahwa masih ada yang berusaha mencintai diriku sepenuh hati. Semoga bukan ilusi.
Tapi kok kamu ngga sering bilang aku cantik sih? Atau sesekali posting fotoku di instagam?
Semoga bukan karena menjaga perasaan orang lain ya 😆
Apa kamu bahagia bi? Bersamaku selama dua tahun dengan keadaan seperti ini?
Jauh
Rindu
Sedih
Marah
Bahagia
Dan air mata yang tidak bisa kita bagi dalam pertemuan.
Hanya sebait kalimat: semangat sayang 😘
Mungkin menurutmu sudah cukup, meski aku ingin lebih dari itu. Aku ingin pertemuan, bukan marahan kalau sedang ditanya kapan bisa ketemu 😁
Aku memang tidak sempurna. Tidak. Sama sekali tidak sempurna. Aku tidak cantik seperti mantan- mantanmu, juga bukan perempuan hebat seperi ibu mu. Tapi yakinlah bahwa soal kesetian dan ketulusan, aku juaranya 😊
Kamupun..
nyatanya laki-laki sepertimu yang membuatku rela bertahan dalam jarak menyebalkan ini.
Hai bi,
Kejar mimpimu, persiapkan dirimu, bahwa banyak mimpi yang harus kita wujudkan bersama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya 😁
Aku tidak peduli dengan Dilan!
Karena akhirnya meninggalkan Milea dan memilih perempuan lain 🙄
Semoga kamu bukan Dilanku yang begitu ya hihi
Bi,
aku tidak tahu apa yang harus ku tulis, karena ternyata memikirkan dan mendoakan kebahagiaanmu adalah sesuatu yang masih ku nikmati hingga kini.
Semoga kita selalu jatuh cinta satu sama lain, dan tidak membiarkan yang lain datang merusaknya.
Happy 2nd Anniversary kangguruku 🌹
Aku menantikan pertemuan itu..
11 April 2019
Yang diposting besoknya,
Irma Arnika
Minggu, 20 Januari 2019
20 Januari dan Cerita Tentang Menunggunya
20 Januari
Hari yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Titik dimana aku bertekad untuk mengakhiri perasaan, namun justru memulai lebih dalam mencintaimu.
Ditanggal ini pula, aku tahu bahwa ketulusan tidak akan pernah gagal, meski pahit diawal, terjatuh dan menangis.
Bertahun-tahun memendam perasaan bukan hal yang mudah, berpura-pura tidak sedih ketika melihatmu bahagia mencintai yang lain, atau berusaha mengontrol perasaan yang mencuat ketika bersama. Sungguh, tidak akan ada perempuan lain yang mencintaimu sedalam dan setulus aku (semoga)
Aku yang dulunya sama sekali tidak pernah berpikir apapun. Berharap iya, namun selalu berusaha meredam emosi yang lancang itu, aku hanya takut jika suatu hari benar terjadi, yang ada justru kehilangan yang kurasa.
Tenyata, 2 tahun telah terlewati. Hari itu datang lagi. Bedanya, kini kau bersamaku, namun jauh.
Dulu, kau didekatku, disampingku, lalu dengan kecupan didahi yang tidak aku mengerti maksudnya apa.
2 tahun lalu, ada gadis yang dengan beraninya berkata jika dia mencintai, sudah lama.
2 tahun lalu, ada gadis yang rela merendahkan dirinya untuk berkata jujur, entah akhirnya diterima atau ditolak, yang jelas dia tidak pernah memintamu untuk menjadi kekasihnya.
2 tahun lalu, aku mulai membuka hatimu, melalui kejujuranku, yang tidak pernah aku lakukan pada lelaki manapun, sekalipun aku tergila-gila pada mereka.
Menjawab pikiran orang lain bahwa aku hanya terobesi denganmu.
Memangnya kamu istimewa seperi apa?
Kamu tidak seganteng mantanku,
Juga buka orang yang beru-uang
Lalu bukan idola wanita,
Kamu pun tidak pernah terlintas dalam kriteriaku sebagai pujaan hati.
Entahlah, kenapa dengan mencintaimu, aku bahkan tidak tahu rasanya bagaimana melirik laki-laki ganteng.
Aku juga tidak mengerti kenapa harus jalan dengan laki-laki ber-uang dan mapan sebagai pasangan, karena yang aku tahu kamu selalu bekerja keras dan mencintai apa yang kamu kerjakan.
Padahal, sebelum aku, kamu banyak bertemu perempuan cantik, manis, baik hati, sayangnya.. Mereka tidak setulus aku, kan?
Aku tidak mengerti. Hingga akhirnya aku sadar bahwa cinta memang begitu. Aku melihatmu sempurna, apa yang kamu katakan adalah baik, dan apa yang kamu lakukan adalah wajar.
Seiklas dan setulus itu aku menyayangimu, menjaga diriku sendiri meski jauh, meluangkan waktu meski aku lelah dan kesepian.
Ternyata.. Aku mengganggu.
20 Januari.
Harusnya kita tertawa tadi, bercerita banyak, membahas hal-hal seru seperti pertama kali kamu pergi. Ada saja yang bisa kita bahas.
Hari ini aku sedih, hingga tidak tahu bagaimana caranya menangis. Kamu telah jauh berubah.
20 Januari.
Aku merindukanmu. Sangat.
Tak apa, katamu kamu tidak ingin bicara denganku, katamu kamu sedang kesal karena pembahasan kita kemarin malam.
Lalu kita tidak saling memberi kabar atau berusaha menghubungi terlebih dahulu.
Aku sadar kamu marah, hingga tidak tahu bagaimana caranya bicara denganku.
2 tahun bukan hal yang mudah.
Sangat sulit menjadi terbiasa tanpa kamu.
Sangat sulit menerima kenyataan bahwa sekarang komunikasi dan telepon bukan lagi menjadi hal yang dinanti, justru dihindari.
Jangan menyangkal, karena begitu jelas aku rasakan.
Bahkan pertemuan bukan lagi menjadi tujuanmu.
Kamu telah berubah.
Aku tidak tahu bagaimana kedepannya,
Apakah tulisan-tulisan ini akan berakhir bahagia, atau hanya akan menjadi kenangan pahit suatu saat nanti.
Sayang aku hanya ingin bilang, aku merindukanmu. Sangat!
Terima kasih untuk segala perhatian, segala kebahagiaan yang telah kau ciptakan diantara kita. Meskipun sekarang aku begitu takut kehilangan, namun kalau kau lebih memilihnya, semoga tidak kita sesali dikemudian hari.
Menghilanglah sejenak,
Lalu kembalilah ketika kamu sadar bahwa aku akan benar-benar hilang dan tidak mengusikmu lagi.
Namun jangan telat, waktu tidak akan mau menunggu orang yang masih diselimuti ego .
Minggu, 20 Januari 2019
22.49
Merindukanmu.
Hari yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Titik dimana aku bertekad untuk mengakhiri perasaan, namun justru memulai lebih dalam mencintaimu.
Ditanggal ini pula, aku tahu bahwa ketulusan tidak akan pernah gagal, meski pahit diawal, terjatuh dan menangis.
Bertahun-tahun memendam perasaan bukan hal yang mudah, berpura-pura tidak sedih ketika melihatmu bahagia mencintai yang lain, atau berusaha mengontrol perasaan yang mencuat ketika bersama. Sungguh, tidak akan ada perempuan lain yang mencintaimu sedalam dan setulus aku (semoga)
Aku yang dulunya sama sekali tidak pernah berpikir apapun. Berharap iya, namun selalu berusaha meredam emosi yang lancang itu, aku hanya takut jika suatu hari benar terjadi, yang ada justru kehilangan yang kurasa.
Tenyata, 2 tahun telah terlewati. Hari itu datang lagi. Bedanya, kini kau bersamaku, namun jauh.
Dulu, kau didekatku, disampingku, lalu dengan kecupan didahi yang tidak aku mengerti maksudnya apa.
2 tahun lalu, ada gadis yang dengan beraninya berkata jika dia mencintai, sudah lama.
2 tahun lalu, ada gadis yang rela merendahkan dirinya untuk berkata jujur, entah akhirnya diterima atau ditolak, yang jelas dia tidak pernah memintamu untuk menjadi kekasihnya.
2 tahun lalu, aku mulai membuka hatimu, melalui kejujuranku, yang tidak pernah aku lakukan pada lelaki manapun, sekalipun aku tergila-gila pada mereka.
Menjawab pikiran orang lain bahwa aku hanya terobesi denganmu.
Memangnya kamu istimewa seperi apa?
Kamu tidak seganteng mantanku,
Juga buka orang yang beru-uang
Lalu bukan idola wanita,
Kamu pun tidak pernah terlintas dalam kriteriaku sebagai pujaan hati.
Entahlah, kenapa dengan mencintaimu, aku bahkan tidak tahu rasanya bagaimana melirik laki-laki ganteng.
Aku juga tidak mengerti kenapa harus jalan dengan laki-laki ber-uang dan mapan sebagai pasangan, karena yang aku tahu kamu selalu bekerja keras dan mencintai apa yang kamu kerjakan.
Padahal, sebelum aku, kamu banyak bertemu perempuan cantik, manis, baik hati, sayangnya.. Mereka tidak setulus aku, kan?
Aku tidak mengerti. Hingga akhirnya aku sadar bahwa cinta memang begitu. Aku melihatmu sempurna, apa yang kamu katakan adalah baik, dan apa yang kamu lakukan adalah wajar.
Seiklas dan setulus itu aku menyayangimu, menjaga diriku sendiri meski jauh, meluangkan waktu meski aku lelah dan kesepian.
Ternyata.. Aku mengganggu.
20 Januari.
Harusnya kita tertawa tadi, bercerita banyak, membahas hal-hal seru seperti pertama kali kamu pergi. Ada saja yang bisa kita bahas.
Hari ini aku sedih, hingga tidak tahu bagaimana caranya menangis. Kamu telah jauh berubah.
20 Januari.
Aku merindukanmu. Sangat.
Tak apa, katamu kamu tidak ingin bicara denganku, katamu kamu sedang kesal karena pembahasan kita kemarin malam.
Lalu kita tidak saling memberi kabar atau berusaha menghubungi terlebih dahulu.
Aku sadar kamu marah, hingga tidak tahu bagaimana caranya bicara denganku.
2 tahun bukan hal yang mudah.
Sangat sulit menjadi terbiasa tanpa kamu.
Sangat sulit menerima kenyataan bahwa sekarang komunikasi dan telepon bukan lagi menjadi hal yang dinanti, justru dihindari.
Jangan menyangkal, karena begitu jelas aku rasakan.
Bahkan pertemuan bukan lagi menjadi tujuanmu.
Kamu telah berubah.
Aku tidak tahu bagaimana kedepannya,
Apakah tulisan-tulisan ini akan berakhir bahagia, atau hanya akan menjadi kenangan pahit suatu saat nanti.
Sayang aku hanya ingin bilang, aku merindukanmu. Sangat!
Terima kasih untuk segala perhatian, segala kebahagiaan yang telah kau ciptakan diantara kita. Meskipun sekarang aku begitu takut kehilangan, namun kalau kau lebih memilihnya, semoga tidak kita sesali dikemudian hari.
Menghilanglah sejenak,
Lalu kembalilah ketika kamu sadar bahwa aku akan benar-benar hilang dan tidak mengusikmu lagi.
Namun jangan telat, waktu tidak akan mau menunggu orang yang masih diselimuti ego .
Minggu, 20 Januari 2019
22.49
Merindukanmu.
Senin, 10 Desember 2018
Secuil Rasa Yang Pernah Ada
Apa yang paling menakutkan dari jatuh cinta?
Aku hanya takut rasa itu terlalu dalam dan aku mulai tidak menghargai kehadiranmu.
Diawal jatuh cinta, semua terasa luar biasa. Apapun akan kau lakukan demi membuatnya bahagia, padahal kaupun tak pernah berpikir akan melakukan sebelumnya.
Jatuh cinta membuatmu merasa bahwa dia adalah sumber kebahagiaan. Tanpanya, duniamu seperti matahari yang tertutup awan, kelabu.
Semakin dalam perasaan, semakin tinggi pula ekspektasi yang kita targetkan untuknya.
Dulu, sebelum rasa itu ada semuanya bisa dilakukan sendiri. Makan sendiri, belanja sendiri, bahkan nonton ke bioskop sendiri.
Aku yang biasa pergi ke toko buku berjam-jam sendiri, akhirnya tak pernah ku lakukan lagi.
Kaupun sama. Dulu yang masih bisa hangout bersama teman-temanmu tanpa ada yang merengek minta ditemani, kini sudah tak bisa kau lakukan sebebas dulu.
Bukannya mengekang. Jatuh cinta hanya membuat kita merasa "jangan membuatnya tak nyaman" meskipun, kita harus rela mengesampingkan apa yang sudah kita miliki, apa yang biasa kita lakukan, dan bahkan teman-teman dihidup kita.
Menurutku, tidak ada yang salah untuk itu. Semua orang punya porsi jatuhcinta nya yang berbeda-beda. Mereka punya cara sendiri untuk menunjukkan kecintaan mereka. Bukankah Tuhan sangat adil?
Namun, kadang aku merasa takut.
Disaat aku begitu mencintai, nyatanya kau justru ingin menyudahi. Terutama jika hal-hal kecil yang biasa kita lakukan, sekarang jadi terlupakan.
Yang aku ragukan, jarak nyatanya membuat perasaanmu terkikis, perjuangan yg selama ini kita lakukan bersama, jadi bukan apa-apa.
Mungkin ini fase dimana saatnya kamu yang mulai bosan dengan kebiasaan kita, dan aku yang masih terlalu menggebu-gebu dalam menjalaninya.
Namun, yang paling aku takutkan, disaat seperti ini ada orang ketiga yang hadir diantara hubungan kita. Takut bila ada waktu dimana kamu menghianatiku, dan membagi perasaanmu. Lalu aku masih tetap mencintaimu, padahal kau sudah tidak merasakannya lagi.
Cemburu?
Katakan saja iya. Bahkan dengan orang-orang terdekatmu saja aku bisa merasa cemburu. Kau yang memiliki waktu lebih banyak dengan mereka, tapi selalu merasa kurang. Waktu yang sedikit bersamaku, terasa begitu cukup.
Kini kau tidak pernah lagi berucap setiap kali kita berada diujung pertemuan, kau dulu sering bekata bahwa waktu kita kurang, kau tidak ingin berpisah denganku, dan.. Dan pada akhirnya membuatku menjadi terbiasa menerima perasaan begitu.
Terlalu banyak hal-hal yang berubah. Aku terlalu sering merengek meminta waktumu, padahal aku tahu, kau tidak ingin bertemu, kau hanya ingin dengan yang lain, bukan aku. Maafkan aku karena selalu merasa merindukan, dan ini menjadi beban.
Entahlah, aku takut. Takut kalau setiap pertengkaran kita adalah akhir dari hubungan kita. Takut kalau ternyata bukan kamu yang menjadi jodohku, seperti yang selalu aku yakini dari dulu.
Mungkin aku terlalu mengekang rasa. Aku terlalu membatasi hidupmu.
Tapi apakah hanya aku? Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu berusaha mengubah aku menjadi sosok yang kamu mau. Lalu aku menuruti semuanya tanpa protes, karena aku tahu apapun yang terbaik, adalah datang dari ucapanmu.
Lama-lama aku paham, bahwa suatu hari aku harus siap dengan perpisahan. Karena egoku, atau karena memang kita tidak bisa menyatu atau berdampingan.
Yang aku tahu, yang selalu aku pikirkan adalah bagaimana cara membuatmu senang, meski banyak hal-hal yang ku korbankan, dan kau tak pernah tahu itu.
20.30
Aku hanya takut rasa itu terlalu dalam dan aku mulai tidak menghargai kehadiranmu.
Diawal jatuh cinta, semua terasa luar biasa. Apapun akan kau lakukan demi membuatnya bahagia, padahal kaupun tak pernah berpikir akan melakukan sebelumnya.
Jatuh cinta membuatmu merasa bahwa dia adalah sumber kebahagiaan. Tanpanya, duniamu seperti matahari yang tertutup awan, kelabu.
Semakin dalam perasaan, semakin tinggi pula ekspektasi yang kita targetkan untuknya.
Dulu, sebelum rasa itu ada semuanya bisa dilakukan sendiri. Makan sendiri, belanja sendiri, bahkan nonton ke bioskop sendiri.
Aku yang biasa pergi ke toko buku berjam-jam sendiri, akhirnya tak pernah ku lakukan lagi.
Kaupun sama. Dulu yang masih bisa hangout bersama teman-temanmu tanpa ada yang merengek minta ditemani, kini sudah tak bisa kau lakukan sebebas dulu.
Bukannya mengekang. Jatuh cinta hanya membuat kita merasa "jangan membuatnya tak nyaman" meskipun, kita harus rela mengesampingkan apa yang sudah kita miliki, apa yang biasa kita lakukan, dan bahkan teman-teman dihidup kita.
Menurutku, tidak ada yang salah untuk itu. Semua orang punya porsi jatuhcinta nya yang berbeda-beda. Mereka punya cara sendiri untuk menunjukkan kecintaan mereka. Bukankah Tuhan sangat adil?
Namun, kadang aku merasa takut.
Disaat aku begitu mencintai, nyatanya kau justru ingin menyudahi. Terutama jika hal-hal kecil yang biasa kita lakukan, sekarang jadi terlupakan.
Yang aku ragukan, jarak nyatanya membuat perasaanmu terkikis, perjuangan yg selama ini kita lakukan bersama, jadi bukan apa-apa.
Mungkin ini fase dimana saatnya kamu yang mulai bosan dengan kebiasaan kita, dan aku yang masih terlalu menggebu-gebu dalam menjalaninya.
Namun, yang paling aku takutkan, disaat seperti ini ada orang ketiga yang hadir diantara hubungan kita. Takut bila ada waktu dimana kamu menghianatiku, dan membagi perasaanmu. Lalu aku masih tetap mencintaimu, padahal kau sudah tidak merasakannya lagi.
Cemburu?
Katakan saja iya. Bahkan dengan orang-orang terdekatmu saja aku bisa merasa cemburu. Kau yang memiliki waktu lebih banyak dengan mereka, tapi selalu merasa kurang. Waktu yang sedikit bersamaku, terasa begitu cukup.
Kini kau tidak pernah lagi berucap setiap kali kita berada diujung pertemuan, kau dulu sering bekata bahwa waktu kita kurang, kau tidak ingin berpisah denganku, dan.. Dan pada akhirnya membuatku menjadi terbiasa menerima perasaan begitu.
Terlalu banyak hal-hal yang berubah. Aku terlalu sering merengek meminta waktumu, padahal aku tahu, kau tidak ingin bertemu, kau hanya ingin dengan yang lain, bukan aku. Maafkan aku karena selalu merasa merindukan, dan ini menjadi beban.
Entahlah, aku takut. Takut kalau setiap pertengkaran kita adalah akhir dari hubungan kita. Takut kalau ternyata bukan kamu yang menjadi jodohku, seperti yang selalu aku yakini dari dulu.
Mungkin aku terlalu mengekang rasa. Aku terlalu membatasi hidupmu.
Tapi apakah hanya aku? Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu berusaha mengubah aku menjadi sosok yang kamu mau. Lalu aku menuruti semuanya tanpa protes, karena aku tahu apapun yang terbaik, adalah datang dari ucapanmu.
Lama-lama aku paham, bahwa suatu hari aku harus siap dengan perpisahan. Karena egoku, atau karena memang kita tidak bisa menyatu atau berdampingan.
Yang aku tahu, yang selalu aku pikirkan adalah bagaimana cara membuatmu senang, meski banyak hal-hal yang ku korbankan, dan kau tak pernah tahu itu.
20.30
Senin, 26 November 2018
Yang Ingin Ku Tulis
Kita telah tumbuh dan dewasa dengan keringat mereka.
Aku mengerti.
Jasa Orang tua tidak akan pernah bisa dibalas dengan apapun, uang sebanyak apapun, makanan seenak apapun atau barang-barang sebagus apapun. Yang mereka ingin hanyalah waktu kita, sama seperti mereka meluangkan waktunya untuk membesarkan kita dengan kasih sayangnya yang tiada batas.
Semakin dewasa aku mengerti, semua orang tua punya ketakutannya sendiri.
Ya, dalam lubuk hatinya, mereka takut kalau sayang kita kepada mereka akan terbagi dngan sosok orang lain. Mereka takut kalau cinta kita akan luntur dan digantikan oleh orang itu.
Padahal, semua adalah proses, semua alami sebagaimana mereka sama-sama bertemu dan lahirlah kita.
Kadang, orang tua menganggap kita menjauhinya, padahal masih serumah, setiap bangun dan akan tidur, sama-sama. Pasangan hanya kebagian seperempat dari waktu kita berkumpul. Tenanglah, orang tua dan anak akan tetap menjadi keluarga, entah seperti apapun kehidupan mereka kelak.
suatu saat nanti, kitapun akan melalui masa-masa seperti mereka. Masa dimana kita belum siap menerima kenyataan bahwa waktu kita bersama anak akan terbagi karena mereka menemukan orang lain yang diberi porsi untuk ditemani.
Kalau kamu merasa orang tuamu begitu, jelaskanlah.. Bahwa kita tidak meninggalkannya, bahwa kita masih bersamanya, bahwa kita akan memberikannya tambahan keluarga, menantu yang rela meninggalkan rumah dan orang tuanya atau lelaki yang bertanggungjawab atas hidupmu nantinyanantinya, pun cucu sebagai penerus keluarga kalian.
Kalau belum bisa, berarti mereka hanya belum siap menerima anggota keluarga baru.
Untuk yang ingin ku tulis,
20.01 WITA
Aku mengerti.
Jasa Orang tua tidak akan pernah bisa dibalas dengan apapun, uang sebanyak apapun, makanan seenak apapun atau barang-barang sebagus apapun. Yang mereka ingin hanyalah waktu kita, sama seperti mereka meluangkan waktunya untuk membesarkan kita dengan kasih sayangnya yang tiada batas.
Semakin dewasa aku mengerti, semua orang tua punya ketakutannya sendiri.
Ya, dalam lubuk hatinya, mereka takut kalau sayang kita kepada mereka akan terbagi dngan sosok orang lain. Mereka takut kalau cinta kita akan luntur dan digantikan oleh orang itu.
Padahal, semua adalah proses, semua alami sebagaimana mereka sama-sama bertemu dan lahirlah kita.
Kadang, orang tua menganggap kita menjauhinya, padahal masih serumah, setiap bangun dan akan tidur, sama-sama. Pasangan hanya kebagian seperempat dari waktu kita berkumpul. Tenanglah, orang tua dan anak akan tetap menjadi keluarga, entah seperti apapun kehidupan mereka kelak.
suatu saat nanti, kitapun akan melalui masa-masa seperti mereka. Masa dimana kita belum siap menerima kenyataan bahwa waktu kita bersama anak akan terbagi karena mereka menemukan orang lain yang diberi porsi untuk ditemani.
Kalau kamu merasa orang tuamu begitu, jelaskanlah.. Bahwa kita tidak meninggalkannya, bahwa kita masih bersamanya, bahwa kita akan memberikannya tambahan keluarga, menantu yang rela meninggalkan rumah dan orang tuanya atau lelaki yang bertanggungjawab atas hidupmu nantinyanantinya, pun cucu sebagai penerus keluarga kalian.
Kalau belum bisa, berarti mereka hanya belum siap menerima anggota keluarga baru.
Untuk yang ingin ku tulis,
20.01 WITA
Minggu, 25 November 2018
Kamu
Untuk kekasihku,
Hi!
Kamu pasti sudah menunggu tulisan ini beberapa lama. Hahah maaf aku baru bisa menulisnya sekarang.
Baby, pertama aku ingin mengucapkan terima kasih, untuk semua hal yang telah terjadi diantara kita. Semua tawa yang berhasil kamu buat saat kita bersama maupun saat kita berjauhan, pun setiap air mata yang jatuh, dan ternyata membuatku semakin mencintaimu.
Aku tahu kamu tidak sempurna, begitupun aku. Kita sama-sama punya kekurangan, sama-sama keras kepala, sama-sama ingin didengar dan tidak suka dilawan. Itu kenapa aku semakin mencintaimu, karena aku merasa memiliki teman dalam setiap hal yang ingin ku lakukan. Sekali lagi, terimakasih karena tidak meninggalkanku begitu tahu sifat asliku.
Ternyata cukup menjadi diriku sendiri bukan, untuk selalu dicintai olehmu?
Seringkali aku merasa iri melihat pasangan lain, mereka terihat begitu mesra di sosmed, pasangan mereka begitu romantis, sehingga aku kadang ingin kamu seperti itu. Namun akhirnya aku tahu, kamu memiliki cara sendiri untuk mencintaiku. Cara yang tidak pernah terpikirkan akan kamu lakukan. Bukan hanya menjadi sosok yang aku inginkan, namun lebih dari itu, kamu adalah sosok yang aku butuhkan!
Bli, terimakasih sekali lagi karena ada banyak warna yang datang kedalam hubungan kita. Terimakasih telah menjadi banyak figur selama ini. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, kakak, rival, teman berantem, ayah, dan pacar! Kamu luar biasa ❤
Selain itu, maaf untuk segala pertengkaran yang pernah terjadi diantara kita. Sikap kekanak-kanakanku yang selalu aku tunjukkan, pun kelemahanku yang seringkali menyusahkanmu. Maaf untuk ketidaksempurnaanku yang membuatmu merasa menyesal memilikiku.
Sayang..
Tidak banyak hal yang bisa kutuliskan. Kamu tahu bagaimana cintaku tumbuh, terus tumbuh dan tak pernah layu meski hubungan kita tetap berjalan dan kadang membosankan. Percayalah, semua yang berjalan jauh pasti akan kembali kerumahnya, dan aku percaya kamupun begitu.
Dari gadis yang katamu cantik,
Irma Arnika
Hi!
Kamu pasti sudah menunggu tulisan ini beberapa lama. Hahah maaf aku baru bisa menulisnya sekarang.
Baby, pertama aku ingin mengucapkan terima kasih, untuk semua hal yang telah terjadi diantara kita. Semua tawa yang berhasil kamu buat saat kita bersama maupun saat kita berjauhan, pun setiap air mata yang jatuh, dan ternyata membuatku semakin mencintaimu.
Aku tahu kamu tidak sempurna, begitupun aku. Kita sama-sama punya kekurangan, sama-sama keras kepala, sama-sama ingin didengar dan tidak suka dilawan. Itu kenapa aku semakin mencintaimu, karena aku merasa memiliki teman dalam setiap hal yang ingin ku lakukan. Sekali lagi, terimakasih karena tidak meninggalkanku begitu tahu sifat asliku.
Ternyata cukup menjadi diriku sendiri bukan, untuk selalu dicintai olehmu?
Seringkali aku merasa iri melihat pasangan lain, mereka terihat begitu mesra di sosmed, pasangan mereka begitu romantis, sehingga aku kadang ingin kamu seperti itu. Namun akhirnya aku tahu, kamu memiliki cara sendiri untuk mencintaiku. Cara yang tidak pernah terpikirkan akan kamu lakukan. Bukan hanya menjadi sosok yang aku inginkan, namun lebih dari itu, kamu adalah sosok yang aku butuhkan!
Bli, terimakasih sekali lagi karena ada banyak warna yang datang kedalam hubungan kita. Terimakasih telah menjadi banyak figur selama ini. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, kakak, rival, teman berantem, ayah, dan pacar! Kamu luar biasa ❤
Selain itu, maaf untuk segala pertengkaran yang pernah terjadi diantara kita. Sikap kekanak-kanakanku yang selalu aku tunjukkan, pun kelemahanku yang seringkali menyusahkanmu. Maaf untuk ketidaksempurnaanku yang membuatmu merasa menyesal memilikiku.
Sayang..
Tidak banyak hal yang bisa kutuliskan. Kamu tahu bagaimana cintaku tumbuh, terus tumbuh dan tak pernah layu meski hubungan kita tetap berjalan dan kadang membosankan. Percayalah, semua yang berjalan jauh pasti akan kembali kerumahnya, dan aku percaya kamupun begitu.
Dari gadis yang katamu cantik,
Irma Arnika
Rabu, 06 Juni 2018
relationSHIT
06/06/18
5 hari menuju tanggal 11 yang ke 14.
Sudah berhari-hari kita lewati banyak waktu yang berat.
Banyak menit yang hadir, meski kadang tak kita hargai
Banyak detik yang berlalu, entah berarti atau tidak.
Aku tahu, kisah ini tidak mungkin sama seperti hari-hari yang telah berlalu,
Atau kembali disaat-saat tanggal 11 yang pertama.
Semua telah berbeda meski berulangkali ku kemas menjadi manis, sebenarnya untuk menutupi perasaan raguku.
Aku tidak pernah meminta apapun, dan kamu tidak pernah berjanji apapun.
Kita hanyalah sepasang manusia yang berjanji untuk bersama dalam keadaan apapun, tanpa ikatan apapun.
Hanya kalimat manis, rencana-rencanaindah yang selalu kita ulang sebagai tanda bahwa kita memiliki komitmen.
Terlalu naif?
Atau aku yang memang terlalu berharap.
Ya, sejak awal kamupun tahu. Begitu juga yang tertulis nyata dalam banyak catatanku. Rasa ini ada bahkan sebelum kamu tahu apa itu komitmen.
Hingga akhirnya aku yang peka ketika keadaan mulai berubah, saat kamu tidak sadar ada yang salah dalam jalannya hubungan.
Tidakkah terlalu mencolok?
Saat aku meminta oh bahkan memohon waktumu untuk mendengarkan ceritaku. Kau iya-kan lalu kamu sudahi dengan banyak alasan. Bahkan saat aku menelan sisa isak tangis, kamu hanya diam seolah tak tertarik untuk menghiburku.
Bukankah diawal kamu selalu bergairah mendengar semua ocehanku?
Mungkin ini tanda-tanda bosan.
Kamu sudah bosan melihat air mataku, sudah bosan mendengar suaraku, sudah bosan menghubungiku barangkali.
Bagimu sudah biasa, kamu tahu bahwa aku tidak mungkin menyudahi meskipun akhir-akhir ini sangat ingin ku lakukan.
Aku ingin menyerah, aku ingin menghilang agar DICARI.
Tapi kamu tahu aku terlalu takut ditinggalkan, aku terlalu takut menjadi sendiri.
Lelucon yang selalu kita mainkan dengan drama berjudul 'kangen'
Kamu anggap ini baik-baik saja?
Tidak!
Anggaplah aku memang overthinking, aku terlalu cengeng, aku terlalu manja, sedangkan kamu hanya lelah karena bekerja seharian, menyesuaikan waktu kita yang berbeda beberapa jam.
Meskipun dibalik kedok 'demi kamu aku rela'
Bukan hanya kamu yang begitu, akupun harus rela menunda pekerjaan karena kamu bilang kangen, atau tiap sepuluh menit ke kamar mandi agar tidak mengantuk ketika menunggu kamu pulang, mandi dan makan.
Aku tidak mau meminta maaf atau berterima kasih.
Yang aku tahu perasaanku lebih besar dari rinduku. Yang aku tahu hubungan ini semakin dekat dengan 'kegaringan'
Aku tidak akan berbicara banyak, aku tidak akan menangis lagi meskipun aku mau, aku tidak akan marah-marah lagi, aku tidak akan ngambek lagi, dan tentunya banyak dari perhatianku yang mungkin tidak akan kamu nikmati lagi.
Bila memang harus bermain seperti ini, aku ikuti langkahnya, sampai dititik mana kita sanggup untuk menuruti ego masing-masing.
Aku memang berpikir berlebihan, dan terlalu banyak kekurangan.
18.53 WITA.
5 hari menuju tanggal 11 yang ke 14.
Sudah berhari-hari kita lewati banyak waktu yang berat.
Banyak menit yang hadir, meski kadang tak kita hargai
Banyak detik yang berlalu, entah berarti atau tidak.
Aku tahu, kisah ini tidak mungkin sama seperti hari-hari yang telah berlalu,
Atau kembali disaat-saat tanggal 11 yang pertama.
Semua telah berbeda meski berulangkali ku kemas menjadi manis, sebenarnya untuk menutupi perasaan raguku.
Aku tidak pernah meminta apapun, dan kamu tidak pernah berjanji apapun.
Kita hanyalah sepasang manusia yang berjanji untuk bersama dalam keadaan apapun, tanpa ikatan apapun.
Hanya kalimat manis, rencana-rencana
Terlalu naif?
Atau aku yang memang terlalu berharap.
Ya, sejak awal kamupun tahu. Begitu juga yang tertulis nyata dalam banyak catatanku. Rasa ini ada bahkan sebelum kamu tahu apa itu komitmen.
Hingga akhirnya aku yang peka ketika keadaan mulai berubah, saat kamu tidak sadar ada yang salah dalam jalannya hubungan.
Tidakkah terlalu mencolok?
Saat aku meminta oh bahkan memohon waktumu untuk mendengarkan ceritaku. Kau iya-kan lalu kamu sudahi dengan banyak alasan. Bahkan saat aku menelan sisa isak tangis, kamu hanya diam seolah tak tertarik untuk menghiburku.
Bukankah diawal kamu selalu bergairah mendengar semua ocehanku?
Mungkin ini tanda-tanda bosan.
Kamu sudah bosan melihat air mataku, sudah bosan mendengar suaraku, sudah bosan menghubungiku barangkali.
Bagimu sudah biasa, kamu tahu bahwa aku tidak mungkin menyudahi meskipun akhir-akhir ini sangat ingin ku lakukan.
Aku ingin menyerah, aku ingin menghilang agar DICARI.
Tapi kamu tahu aku terlalu takut ditinggalkan, aku terlalu takut menjadi sendiri.
Lelucon yang selalu kita mainkan dengan drama berjudul 'kangen'
Kamu anggap ini baik-baik saja?
Tidak!
Anggaplah aku memang overthinking, aku terlalu cengeng, aku terlalu manja, sedangkan kamu hanya lelah karena bekerja seharian, menyesuaikan waktu kita yang berbeda beberapa jam.
Meskipun dibalik kedok 'demi kamu aku rela'
Bukan hanya kamu yang begitu, akupun harus rela menunda pekerjaan karena kamu bilang kangen, atau tiap sepuluh menit ke kamar mandi agar tidak mengantuk ketika menunggu kamu pulang, mandi dan makan.
Aku tidak mau meminta maaf atau berterima kasih.
Yang aku tahu perasaanku lebih besar dari rinduku. Yang aku tahu hubungan ini semakin dekat dengan 'kegaringan'
Aku tidak akan berbicara banyak, aku tidak akan menangis lagi meskipun aku mau, aku tidak akan marah-marah lagi, aku tidak akan ngambek lagi, dan tentunya banyak dari perhatianku yang mungkin tidak akan kamu nikmati lagi.
Bila memang harus bermain seperti ini, aku ikuti langkahnya, sampai dititik mana kita sanggup untuk menuruti ego masing-masing.
Aku memang berpikir berlebihan, dan terlalu banyak kekurangan.
18.53 WITA.
Langganan:
Postingan (Atom)